KUNINGAN (MASS) – Bagi para penikmat lagu folk-akustik, terutama di Kuningan, mungkin tidak asing dengan band yang sudah berdiri sejak tahun 2014. Band yang digawangi oleh sepasang suami istri yang sama-sama nyentrik ini memang cukup banyak dilirik, Klopediakustik.
Band yang digawangi oleh Gina sebagai vocalis, Anto sebagai gitaris dan backing vocal, serta untuk beberapa edisi ada juga pemain saxophone dan selo tersebut, sudah hampir 6 tahun ini konsisten malang melintang di genre yang sama.
Saat diwawancarai kuninganmass.com, salah satu personil, Anto Susanto atau yang lebih dikenal dengan nama panggung Anto Toke, menceritakan perjalanan band dengan genre folk-akustik tersebut tidaklah mudah. Dirinya mengaku, di awal kemunculannya, peminat music folk-akustik tidaklah banyak.
“Apalagi aku inget banget tuh,a wal manggung itu di acaranya Underground,” ujarnya sambil tersenyum mengingat pertama kali manggung sebagai band, Rabu (4/3/2020) malam.
Anto juga sempat menceritakan perjalanan band-nya dari panggung ke panggung. Selain di kota terdekat seperti Cirebon, dirinya juga sempat manggung di Bandung dan Jogjakarta.
“Pas ke Jogja tuh, perjuangan bangetlah pokoknya. Udah hujan-hujanan, pake motor lagi,” imbuhnya.
Meski terbentuk belum sampai 10 tahun, dirinya menceritakan bahwa band-nya sudah satu panggung dengan band-band yang biasa di panggung nasional, seperti Fourtwenty, Danilla ryadi, 3 pagi, Azmy, 3 Komposer, bahkan Star and Rabbit.
“Nah besok kita satu apnggung lagi sama Danilla, sama Jason Ranti, Pamungkas, Payung Teduh dan Feel Koplo juga,” ucapnya sembari menyebutkan jadwal manggungnya yang terdekat.
Meski terbilang sering manggung, Anto yang sangat humble juga menceritakan bahwa di atas panggung, tak selamanya terlihat mulus-mulus saja. Dirinya mengaku kadang masih nervous, terutama jika satu panggung dengan band besar.
“Band kayak gimanapun pasti pernah kok ngalamin ghitu, waktu itu kita salah chord gitulah, pernah,” ucapnya.
Untuk dunia folk-akustik, atau kadang juga disebut sebagai genre balada, Anto menyebutkan beberapa legend yang menjadi panutannya, seperti fery kurtis, dan Iwan Fals. Saat ini, bahkan Klopediakustik sudah memiliki beberapa single, seperti Rain & Star, Cerita Alam, Kopi Manis, dan Hungry.
Meski terbilang band local, lagu Klopediakustik pernah diputar di kesempatan International sebagai pengiring backsound salah satu seniman mural asal Francis, escape mural, drawing sautel Cago.
“Rain and Star malah digarap juga untuk dibikin film,” tambahnya dengan antusias.
Selain manggung dimana-mana, Klopediakustik juga sempat emngikuti kontes band dan memenangkannya di Cirebon.
Saat ini, disebutkan Anto menjadi musisi memang tidak mudah, apalagi untuk terus konsisten dan berkarya. Terkadang, kebutuhan hidup memaksa musisi berubah haluan dan malas berkarya.
“Saya berharap Klopediakustik bisa lebih dikenal dan didengar luas lagi, dan untuk teman-teman musisi, jangan patah semangat dan terus berkarya,” ucapnya penuh harap.
Saat ini, Klopediakustik sendiri sedang fokus persiapan menggarap ep / mini album. Serta, Klopediakustik saat ini sedang mengikuti sebuah event yang diselenggarakan salah satu brand, music for adventure, dan sudah masuk di 10 besar dan menunggu keputusan masuk 5 besar dari 10 besar. Nantinya, jika terpilih akan berada dalam 1 album kompilasi bersama Iwan Fals, Fiersa bersari, navicula, dan endang soekamti.
“Minta doanya dari seluruh warga kuningan semoga lolos ke 5 besar, bisa cek ig @musicforadventure, lalu like Klopediakustik asal Kuningan,” pesannya bersemangat.
Jejak Klopediakustik sendiri bisa kita lihat melalui akun ig-nya @klopediakustik atau bisa cek di YouTube. (eki)