KUNINGAN (MASS) – Indonesia adalah serpihan syurga yang jatuh di bumi. Itulah istilah yang menggambarkan negara kita dimata dunia. Menurut survey Rough Guides (2019), Indonesia masuk kedalam peringkat ke enam dari 20 negara yang dihimpun sebagai negara paling indah di dunia diikuti oleh Inggris dan Islandia di posisi ke tujuh dan ke delapan.
Peringkat tersebut berdasarkan voting atau pemilihan suara netizen di seluruh dunia. Voting tersebut untuk membantu wisatawan memilih tempat yang akan dikunjungi atau tempat untuk berlibur. Rough Guides merupakan media yang berkedudukan di Inggris yang telah berdiri sejak tahun 1982 (Kompas.com).
Indonesia terpilih karena keindahan yang membuat para wisatawan asing terkesan. Suasana pedesaan, ketenangan, pulau-pulau terpencil, puncak gunung yang menjulang, pantai yang mempesona, keaneka ragaman flora dan fauna, adat istiadat dan kulinernya membuat pengunjung takjub. Hasil survey tersebut semakin mengukuhkan posisi Indonesia sebagai destinasi wisata dunia (The Jakarta Post).
Namun dibalik semua itu kita memiliki Top Issue dalam parawisata Indonesia yaitu masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam memperhatikan kebersihan. Utamanya masalah kebiasaan membuang sampah pada tempatnya. Sampah menjadi kendala pengembangan parawisata di Indonesia terutama sampah plastik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jenna R. Jambeck dari University of Georgia (2010) Indonesia memiliki populasi pesisir sebesar 187,2 juta yang setiap tahunnya menghasilkan 3,22 juta ton sampah pelastik yang tak terkelola dengan baik. Sekitar 0,48-1,29 juta ton dari sampah plastic tersebut diduga mencemari lautan. Padahal dunia internasional menilai daya tarik utama parawisata Indonesia adalah di wilayah pesisir. Hal tersebut dibuktikan dari jumlah wisatawan asing yang mendarat di Bali mencapai 2,29 juta sepanjang Januari-Maret 2019 atau 62% dari total wisatawan yang datang melalui pintu udara.
Sebenarnya pemerintah sudah mengeluarkan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan sampah. Salah satunya pada tahun 2016 pemerintah telah mencanangkan Hari Perduli Sampah Nasional (HPSN) dengan mengkampanyekan Indonesia bebas sampah 2020. Namun, apa yang di upayakan oleh pemerintah tidak begitu membantu bahkan sulit direalisasikan hanya dengan sebatas program maupun jargon semata tanpa kesadara pribadi yang melekat dari budaya cinta kebersihan.
Kesadaran membuang sampah pada tempatnya harus dipupuk semenjak dini dimulai dari tingkatan sekolah dasar. Hal ini akan berdampak positif pada masa mendatang. Kegiatan piket sekolah merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan di sekolah.
Kegiatan tersebut membantu dalam penanaman nilai-nilai kekompakan, kebersamaan, tanggung jawab, disiplin, konsistensi, kebersihan sekolah, mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat hingga tercipta Indonesia yang bersih, asri, nyaman serta menjadi primadona destinasi wisata dunia.
Penulis: Ati Rosanti, M.Pd. (Dosen Unisa Kuningan)