KUNINGAN (MASS) – Gunung Ciremai merupakan gunung tertinggi di Provinsi Jabar. Gunung Ciremai juga menantang untuk didaki oleh para pendaki dari berbagai penjuru di Indonesia, tentu karena ke indahannya.
Selama ini pendaki mengenal bahwa untuk mendaki gunung tersebut melalui tiga jalur yakni Jalur Apuy Majalengka, Palutungan dan Linggajati Kuningan. Ternyata para pemuda dan petani di Desa Linggasana membuka jalur baru.
Tujuaanya tentu untuk memudahkan para pendaki mencapi puncak gunung. Pembukaan jalur pendakian dilakukan secara swadaya oleh pemuda dan petani. Dengan banyak jalur maka para pendaki diberikan pilihan.
“Betul-betul dana swadaya pemuda dan kelompok tani. Hal ini karena melihat kondisi Kuningan yang saat ini di banjiri wisatawan dari mana-mana untuk sekedar rekreasi atau melepas lelah di kawasan gunung Ciremai,” ujar Keris Ferdiansyah salah satu pemuda kepada kuninganmass,com.
Pria yang jberkerja di RSUD Linggajati itu mengatakan, jalur ke gunung Ciremai melalui Desa lLnggasana ternyata ada ‘Harta karun’ yang lama tidak di ketahui oleh masyarakat setempat yaitu memiliki ladang kopi yang mungkin sudah ratusan tahun. Selain tumbuh alami juga ada juga yang sengaja di tanam puluhan tahun silam.
Menurutnya, tanaman kopi ini terlihat ukuranya sangat besar dan tak lazim dari pohon kopi seperti biasanya, dimana tingginya bisa mencapai 20 meter lebih.
Diterangkan, pemuda dan petani tergerak untuk menjaga mengolah dan mungkin itu akan menjadi salah satu sumber penghasilan warga desa. Petani merawat dan memanen, ibu-ibu menumbuk, anak muda menjual hasilnya kopiny.
“Tentu bisa bentuk bijih ataupun siap saji dengan rasa kopi yang berbeda dari kopi-kopi yang ada di Jawa Barat khususnya dan Indonesia umumnya,” ujarnya lagi.
Untuk mewujudkan hal itu, pemuda dan petani desa saat ini sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kuningan dan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) untuk mendapat legalitas formal pengolahan lahan dan kopi di Gunung Ciremai khususnya jalur Desa Linggasana,
“Semoga kerja keras kami tidak sia-sia. Untuk kopi sebenarnya sudah dicoba diolah. Bagi yang penasaran dengan rasa kopi dari desa linggasana? Silahkan datang ke ‘Rumah Kopi Linggasana’ untuk mencobanya,” pungkasnya.(agus)