KUNINGAN (MASS) – Banyak yang dinanti warga setiap datangnya peringatan Hari Jadi Kuningan. Pasalnya, banyak acara yang hanya digelar satu tahun sekali. Sebagai contoh, Saptonan, Panahan, Karnaval Budaya, Pacuan Kda, dan tentu Babarit.
Dan untuk pelaksanaan Babarit akan digelar pada Minggu (9/2019) pagi dari jam 06.00-09.00 WIB di Depan Pendopo Kuningan. Sudah dipastikan ramai dan ribuan orang tumplek pasalnya mereka ingin berburu tumpeng raksasa yang disediakan oleh panitia.
Bahkan buukan hanya nasi tumpeng tapi warga juga disediakan nasi pincuk dengan jumlah yang ratusan. PHBN mewajibkan setiap SKPD menyedikan nasi pincuk 50 bungkus.
Sekadar informasi Babarit (Ngabuburak Wewerit) digelar sebagai bagian dari perayaan menyambut Hari Jadi Kuningan ke 521 tahun. Hari Jadi Kuningan sendiri jatuh pada tanggal 1 september 2017.
Dari berbagi informasi yang kuninganmass.com himpun Babarit Kuningan adalah sebuah tradisi syukuran masyarakat agraris atas hasil panen yang telah diperoleh. Sekaligus juga memohon perlindungan kepada Allah SWT untuk dihindarkan dari berbagai masalah.
Tradisi berupa lantunan lagu-lagu Sunda buhun (lawas) dari juru kawih. Lalu, diiringi lagu tayuban kolaborasi alat musik tradisional seperti kendang, goong, gambang, rebab, saron penerus dan bonang serta tarian tradisional.
Adapun prosesinya adalah diawali doa bersama dan ditutup dengan makan bersama nasi kuning tumpeng dengan sajian pelengkap.
Babarit digelar secara rutin setiap tahun dan selalu mengundang perhatian ribuan masyarakat Kabupaten Kuningan maupun luar Kabupaten Kuningan. Warga berebut nasi tumpeng yang dipercaya memiliki berkah, sehingga kalau tidak hadir ruginya rasanya karena hanya dihelat satu tahu sekali.
Upacara Babarit dimulai dengan pembacaan sinopsi sambil diiringi musik gending dan kacapai suling. Kemudian sasajen dan dipasang di depan tumpeng raksasa.
Selanjutnya, ritual membawa air air, tumpeng atau nasi kuning dari empat penjuru mazhab atau penjuru arah. Lalu, empat mata itu disatukan.
Ke empat mat air itu pertama dari air dari arah barat (Mata Air Cisuriam), air dari timur (air dari Indrakila). Kemudian, air dari arah utara dari Cikahuripan Kahyangan Indraprahasta) dan terakhir dari selatan air yang diambil dari Balong Kabuyutan Selajambe) itu disatukan oleh bupati selaku pupuhu papayung agung Kuningan.
Setelah disatukan maka air itu dengan menggunakan media bunga, bupati menyipratkan ke empat arah. Dilanjutkan dengan pemberian tumpeng kepada sesepuh Kuningan yang dalam hal ini adalah Ketua PHBM Kuningan Maman Hermansyah.
Usai acara ritual bupati dan tamu kembali ke tempat semula. Kemudian, acara dilanjutkan dengan tarian yang dibawakan oleh gadis-gadis cantik.
Mereka terus menari dengan diiringi lima lagu wajib yang harus dilakukan dalam kegiatan babarit. Ke lima lagu tersebut adalah Sang Golewang, Tunggul Kawung, Bujang Anom, Goyong-Goyong dan Raja Pulang.
Setelah beres tari maka dilanjutkan dengan tari kolosal yang melibatkan para pejabat dengan masing-masing istri. Bupati juga tampak meningikuti kegiatan tari kolosal ini. Sebelumnya dilakukan penilai ke nasi tumpeng yang dibuat tiap SKPD. (agus sagi mustawan).