KUNINGAN (MASS) – Sejak dilantik 4 Desember 2018 silam, pasangan H Acep Purnama-M Ridho Suganda langsung menjalankan amanahnya sebagai bupati dan wakil bupati. Hingga tak terasa, usia kerjanya kini sudah menginjak 114 hari. Kalau tepat 100 hari itu jatuh pada 14 Maret kemarin.
Namun muncul versi lain bahwa 100 hari kerja dihitung berdasarkan kalender kerja. Artinya, Sabtu dan Minggu tidak dihitung, sehingga sampai 28 Maret ini duet Acep-Ridho belum menapakkan kakinya pada batas 100 hari kerja.
Terlepas dari versi-versi itu, setidaknya masyarakat Kabupaten Kuningan mampu mengingat apa-apa saja yang telah dilakukan pasangan ini sejak dilantik sampai sekarang. Terutama hal-hal yang menonjol atau bahkan sangat menonjol sehingga menempel dibenak publik.
Perspektif kuninganmass.com, banyak hal yang telah dilakukan Acep-Ridho baik yang penting maupun kurang penting. Sebagai pejabat yang meneruskan kepemimpinan sebelumnya, duet pasangan ini berhasil menggondol beberapa penghargaan. Yang tercatat, penghargaan Peduli HAM dan penghargaan Kabupaten Layak Anak (KLA).
Selain itu, lewat kebijakannya seluruh ASN lingkup Pemkab Kuningan diharuskan mengenakan pakaian tradisi Sunda tiap hari Kamis. Belakangan ini digulirkan pula program ‘ASN Nyaah ka Masyarakat’ yang digagas Dinas Perhubungan. Dalam membantu para sopir angkot dan pedagang pasar tradisional, ASN diajak naik angkot untuk berbelanja ke pasar tradisional secara rutin tiap bulan per dinas/badan.
Tidak kalah menonjolnya, Acep membangkitkan kembali program ‘Jumat Bersih’ sekaligus ‘Goes Day’ dalam rangka memberikan contoh kepada masyarakat untuk berperilaku sehat dan bersih. Program pasar murah pun diaktifkan kembali pada momentum Car Free Day (CFD).
Satu lagi yang boleh diingat publik, Pemkab Kuningan yang dinahkodai Acep Purnama ini menggulirkan program ‘Wakuncar Hani’ (Waktu Kuningan Cari Hiburan dan Informasi) dengan leading sector Bagian Humas Setda.
Disamping kebijakan dan program-program tersebut, rupanya terdapat beberapa hal yang menonjol diera kepemimpinan Acep-Ridho. Masyarakat memiliki ingatan kuat terhadap aktivitas para kepala dinas dan badan yang diajak ke luar kota guna menyamakan persepsi terhadap visi misi Kuningan Maju. Sama halnya dengan para camat.
Bukan hanya itu, kegiatan ‘motor-motoran’ nampaknya tak dapat dihapuskan begitu saja dari stigma masyarakat terhadap duet Acep-Ridho ini. Sementara disisi lain, kondisi jalan belakangan ini banyak yang rusak, tidak mulus lagi. Keadaan tersebut tidak dapat ditampik sebagai salah satu yang tak kalah menonjol.
Bencana yang kerap melanda pun, kini menjadi “aneh”. Jika biasanya bencana yang kerap terjadi di Kuningan kebanyakan bencana longsor, sekarang justru sering terjadi bencana banjir. Peristiwa yang bisa dinilai ironis bagi daerah yang mendeklarasikan diri sebagai ‘Kabupaten Konservasi’.
Satu lagi yang “super” heboh, yaitu viralnya video ungkapan Acep Purnama di Hotel Purnama Mulia Cigugur pada hari libur. Di video tersebut Acep mengucapkan kata ‘Laknat’ apabila para kades di Kuningan tidak memilih Paslon Presiden-Wapres, Jokowi-Ma’ruf Amin.
Peristiwa terakhir ini nampaknya, tingkat ‘kemenonjolannya’ mampu mengalahkan hal-hal lainnya yang telah diurai di atas. Entah kalau ada perspektif lain. (deden rijalul umam)