KUNINGAN (Mass) – Pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kuningan, terus mendorong sekolah untuk mensukseskan program peduli lingkungan menuju kabupaten konservasi. Salah satu kegiatan tersebut yakni mengembangkan bank sampah yang dikelola langsung pihak sekolah, seperti yang dilakukan SMPN 2 Garawangi Kuningan.
Kepala SMPN 2 Garawangi Dedi Parisa Heriandi MPd kepada awak media, Rabu (12/10), mengatakan, gerakan bank sampah ini berasal dari keinginan siswa untuk menjadikan sampah memiliki nilai ekonomis bagi siswa. Apalagi, hal ini sesuai dengan anjuran pemerintah untuk tidak membuang sampah sembarangan, salah satunya dengan menggerakkan dan mengelola sampah untuk menjadi nilai ekonomis.
”SMPN 2 Garawangi mengembangkan sampah, berawal dari keinginan sekolah menerapkan zona nol sampah. Salah satunya tidak membuang sampah sembarangan, lalu berkembang menjadi bank sampah yang dikelola oleh siswa” ujarnya.
Baginya, komitmen mengembangkan program bank sampah ini salah satunya untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan siswa.
“Kami terus berbenah untuk mensukseskan program pengembangan sekolah, semua demi kemajuan sekolah. Salah satunya adalah dengan mengembangkan bank sampah sebagai bagian dari menumbuhkembangkan jiwa wiraswasta anak,” katanya.
Dia menyebutkan, salah satu aktivitas dari kegiatan bank sampah ini adalah adanya karung di setiap depan kelas. Jadi, untuk setiap sampah gelas atau botol plastik dimasukkan kedalam karung tersebut.
“Gelas atau botol plastik bisa berasal dari jajan di sekolah atau membawa dari rumah. Keberhasilan program bank sampah ini tidak terlepas dari dukungan wali kelas,” terangnya.
Sementara salah seorang wali kelas Syarip SPd mengaku, setiap kelas saat ini sudah memiliki dana kas sendiri, yang berasal dari penjualan sampah-sampah bernilai ekonomis.
”Ini menjadi penting, agar anak-anak menghargai sampah dengan tidak membuang sampah sembarangan. Dengan begitu, mereka memiliki dana kas sendiri dari hasil penjualan sampah,” tambahnya.
Pantauan di lokasi, tampak berjejer rapih karung-karung tempat sampah yang siap diambil setiap dua hingga tiga hari oleh penjaga sekolah. Para siswa pun aktif mencatat hasil penjualan sampah yang telah mereka kumpulkan.
“Saya senang ikut program bank sampah ini. Dengan begini, kelas saya bisa punya kas sendiri, bisa untuk mengecat atau bahkan bisa beli buku untuk pojok baca di kelas saya,” kata salah seorang siswa kelas IX Asnaul Husna. (andri)