KUNINGAN (MASS) – GP Ansor Kabupaten Kuningan mengemas refleksi hari sumpah pemuda dengan melaksanakan Munajat Kebangsaan Pemuda. Kegiatan yang mengangkat tema “Refleksi Hari Sumpah Pemuda 1928-2017” itu dilaksanakan di Sekretariat PC GP Ansor Kuningan, Jumat (27/10/2017).
Meskipun tanpa kehadiran eksekutif dan legislatif Kabupaten Kuningan Munajat Kebangsaan Pemuda yang dilaksanakan khidmat dan penuh dengan ide-ide cerdas untuk membangun kekuatan berpikir dan bergerak para pemuda ini.
“Mari bersama-sama membangun cara pandang dan cara bergerak khususnya bagi para pemuda Kabupaten Kuningan,” ajak Ketua GP Ansor Kuningan, KH Didin Misbahudin.
Dia berharap kepada para pembicara untuk memberikan pencerahan yang cerdas kepada para pemuda, dan mengajak kepada semua pemuda untuk merefleksikan sejarah kebangsaan terkait mengenai gerakan-gerakan pemuda.
Didin melanjutkan, Sumpah Pemuda merupakan penyatuan persepsi. Di setiap masa, dari dulu sampai sekarang memiliki tantangan-tantangan yang berbeda.
“Tantangan kita khususnya di Kabupaten Kuningan sampai saat ini terlihat tidak ada gerakan dari pemuda. Kami berharap kepada para Pemuda untuk membangun gerakan-gerakan yang mampu melakukan perubahan,” ucapnya.
Berbicara sejarah pemuda dari masa ke masa, imbuh Didin, pasca reformasi banyak kecendrungan OKP-OKP mencetak politisi-politisi muda melalui parpol. “Saat ini, kami melihat banyak kekurangan di OKP-OKP seperti penguasaan di media, artinya media yang ada kurang dimanfaatkan,” katanya.
Dia berharap, kedepan para pemuda mampu menguasai media dalam melakukan gerakan-gerakan pemuda terutama para mahasiswa.
“Saya Teringat Tema HSN Santri Mandiri NKRI Hebat (Pemuda Mandiri NKRI Hebat) Coba merefleksi kembali yang telah dilaksanakan oleh para tokoh-tokoh pemikir bangsa terutama dari para tokoh-tokoh NU yang dulu seperti apa yang pernah dilakukan oleh para kiyai sesepuh di NU,” serunya.
Hal ini, lanjut dia, merefleksikan masa lalu untuk menjemput hari esok, karena dulu para kiyai selalu berpikir untuk bangsa. Bahkan para pemuda dulu tidak pernah macet dalam berpikir dan berdiskusi untuk kepentingan bangsa. Ada dua yang harus terus dikawal dan dilaksanakan yaitu menjaga tradisi-tradisi dari para ulama dan penguatan ekonomi ummat.
“Ada yang bergeser dalam setiap diri kita yaitu tata cara kita menilai dan mengerjakannya. Kebaikan hari ini buah dari keburukan dahulu, kebaikan yang baik maka akan dikerjakan dengan baik,” tuturnya.
Didin juga menambahkan, ada tiga hal yang menjadi dasar dan harus dilaksanakan yaitu baca nama Tuhan, berpikir dan bekerja. (deden)