KUNINGAN (MASS) – Beberapa hari yang lalu Kabupaten Cirebon bahkan Kuningan mengalami banjir yang berdampak terhadap salah satu toserba dan banyak rumah terdampak. Terkait peristiwa ini Haerul Tamami Pengurus Bidang Keilmuan Ikatan Mahasiswa Kuningan Wilayah Cirebon (IMK Wil. Cirebon) memberikan tanggapan serius terkait dampak bencana tersebut.
Arif menyebutkan banjir di akhir tahun 2025 ini sangat mengkhawatirkan dan perlu menjadi renungan bersama. Ini menjadi PR yang harus diselesaikan segera mengingat pentingnya kebijakan yang berpihak terhadap lingkungan.
“Bencana ini harus direnungkan bersama oleh seluruh lapisan masyarakat khususnya para pemangku kewenangan, ini jadi PR dalam mimpi buruk malam tahun baru,” tuturnya kala diwawancara kuninganmass.com Rabu (31/12/2025).
Banjir yang melanda Cirebon menjadi pertanyaan besar terkait limpahan air yang berasal dari Kuningan yang secara geografis berada diatas Cirebon. Namun tak hanhya itu beberapa hari berselang pada Selasa (30/12/2025) banjir serupa terjadi di Kuningan, dengan banyak jalanan dan rumah yang tergenang air.
“Cirebon yang berada dibawah Kuningan secara geografis menjadi pertanyaan besar terkait ketersediaan lahan resapan air di kedua wilayah tersebut, minimnya lahan resapan air dan banyaknya alih fungsi lahan menjadi faktor penyebab paling real,” tandasnya.
Ia menekankan semua elemen masyarakat harus berkolaborasi untuk mengatasi permasalahan ini. Ia juga mempertanyakan peran pemerintah dalam mengatur regulasi terkait alih fungsi lahan.
“Kita perlu bersatu padu untuk menghadapi tantangan lingkungan yang ada, juga apa tindakan pemerintah untuk menjaga keseimbangan alam dan mencegah bencana seperti ini?,” tanyanya.
Lebih lanjut Ia menyoroti pentingnya penanaman pohon dan pelestarian lingkungan, terutama di kawasan perkotaan yang sudah minim adanya Ruang Terbuka Hijau.
“Harusnya area yang berfungsi sebagai resapan air tetap terjaga, dan penanaman pohon terus digalakan agar dampak bencana bisa diminimalkan di masa mendatang,” pungkasnya. (raqib)








