KUNINGAN (MASS) – Banjir yang menimpa sebagian wilayah Cirebon dan diasosiasikan limpahan dari Gunung Ciremai karena berada di hilir/bawah gunung, tidak diamini begitu saja oleh Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC). Bahkan, tudingan BTNGC tidak kerja yang disampaikan salah satu tokoh Cisantana, dijawab TNGC dengan data-data.
Kepala BTNGC Toni Anwar, melalui Humas Ady Sularso, menjelaskan bahwa sejak alih fungsi dari hutan produksi dan lindung menjadi kawasan konservasi (TN Gunung Ciremai tahun 2004) atas dorongan DPRD dan Pemda Kabupaten Kuningan serta Majalengka, telah dilakukan kegiatan rehabilitasi/pemulihan ekosistem.
Pemulihan, kata pihak BTNGC, sudah dilakukan seluas 5.395,673 ha (periode 2009 s.d 2024) dengan jenis endemik seperti beringin, salam,puspa,jamuju,petag, dll dan jenis MPTS seperti duren, jengkol, nangka, petai, jambu, dll (maksimal 10% dari tanaman endemik) yang dapat memberikan manfaat bagi satwa liar dan juga manusia.
“Dulu, saat hutan produksi memang ada penebangan karena fungsinya saat itu sebagai hutan produksi. Saat ini, hal tersebut justru tidak diperbolehkan (kayu tumbangpun harus dibiarkan) termasuk pemanfaatan berbasis lahan dengan menanami sayuran dan sejenisnya tidak diperbolehkan lagi. TN Gunung Ciremai memberi ruang bagi masyarakat melalui zona pemanfaatan sebagai alih profesi dari pemanfaatan berbasis lahan (dulu dgn menanam sayuran) menjadi mengelola wisata dan sampai dengan saat ini, hanya 5 destinasi wisata yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Kabupaten Kuningan dari 30 destinasi wisata,” paparnya, Jumat (26/12/2025).
Sampai saat ini, lanjutnya, dari luasan kawasan TNGC 14.841,3 ha terdapat zona rehabilitasi (zona yang harus ditanami) 7.728,8 Ha (sumber : Rencana Pengelolaa TNGC tahun 2005) dan bisa kita lihat perubahan luasan tutupan lahan kawasan TN Gunung Ciremai dari 53%/8.000 Ha (tahun 2004, sumber Citra Landsat 31 Des 2004) menjadi 66%/10.000 Ha (tahun 2009, sumber CL 31 Des 2009), lalu menjadi 76%/11.600 Ha (tahun 2015, sumber CL 31 Des 2015) dan menjadi 80%/12.100 Ha (tahun 2012, sumber CL 31 Des 2021).
“Artinya semakin hijau dengan tumbuhnya bibit-bibit pohon yang ditanam dan logikanya air hujan yang turun akan terserap lebih banyak dengan adanya pohon-pohon yang tumbuh tersebut,” ujarnya.
“Kita ketahui bersama curah hujan kemarin pada selasa 23 Desember 2025 tinggi dan dialami di sebagian besar wilayah Jawa Barat. Perihal banjir yang melanda di bagian hilir/di bawah kawasan Gunung Ciremai, perlu dilihat secara konprehensif faktor-faktor penyebab dari hulu sampai hilirnya. Yang pasti TNGC akan terus menghijaukan/menanam kawasan sesuai fungsi hutannya sebagai kawasan konservasi,” tegasnya lagi. (eki)








