KUNINGAN (MASS) – Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Kuningan, Dr. apt. Wawang Anwarudin, M.Sc. menegaskan bahwa kepemimpinan dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) harus menjadi sumber inspirasi, bukan patronisasi, serta mampu mematerialisasikan nilai kepemimpinan profetik, kepemimpinan Muhammadiyah, dan visi IMM dalam satu tarikan napas perbuatan. Hal tersebut disampaikan dalam kegiatan Darul Arqam Dasar (DAD) yang diselenggarakan oleh Pimpinan Komisariat (PK) IMM Fakultas Farmasi, Kesehatan, dan Sains (FFKS) Universitas Muhammadiyah Kuningan, Jumat (26/12/2025).
Dalam pemaparannya, Rektor menyampaikan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam membangun rasa hormat (respect), pengakuan, kepercayaan, ketaatan, dan loyalitas dalam mengarahkan kelompok menuju tujuan bersama. Kepemimpinan juga dipahami sebagai proses memengaruhi dan mengarahkan aktivitas organisasi agar selaras dengan nilai dan tugas organisasi.
“Pemimpin IMM harus mampu menghubungkan kecerdasan intelektual, kematangan moral, dan peran nyata di masyarakat, berbasis nilai-nilai yang diajarkan dalam IMM,” tegas Wawang di hadapan peserta DAD.
Kaderisasi Menuju Intelektual–Ulama
Rektor menjelaskan bahwa tujuan utama kaderisasi IMM adalah melahirkan sosok ‘Ulama–Intelektual’ atau ‘Intelektual–Ulama’, yaitu kader yang memiliki kedalaman ilmu pengetahuan umum dan agama, sekaligus kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi. Kader IMM diharapkan bersifat militan dalam nilai, adaptif terhadap perubahan, kritis dalam analisis, dan produktif dalam kontribusi.
Ia juga menegaskan lima sifat utama kepemimpinan yang harus dimiliki IMM, yaitu shiddiq (jujur), amanah, tabligh (komunikatif), fathonah (cerdas), dan adil, yang harus diwujudkan dalam perilaku kepemimpinan sehari-hari. Prinsip-prinsip kepemimpinan IMM meliputi musyawarah, kebijaksanaan, perbaikan berkelanjutan, dan keadilan, dengan orientasi visi jangka panjang serta kepekaan terhadap dinamika internal dan eksternal organisasi.
Manajemen Organisasi Profesional sebagai Kunci Keberhasilan IMM yang Berkualitas
Dalam sesi lanjutan, Rektor menguraikan pentingnya manajemen organisasi IMM yang meliputi proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Manajemen tersebut mencakup pengelolaan sumber daya manusia, waktu, dan program kerja.
Pada aspek perencanaan (planning), IMM diarahkan untuk menyusun Rencana Strategis (Renstra) Komisariat/Cabang berbasis Trilogi IMM (Keislaman, Kemahasiswaan, dan Kemasyarakatan), menetapkan program unggulan seperti Darul Arqam Dasar (DAD) dan Sekolah Kader Profetik, serta menyusun timeline kegiatan dan anggaran (RAB) sejak awal periode. Perencanaan yang baik diyakini akan menghasilkan program yang lebih terarah dan ideologis.
Sementara itu, pengorganisasian (organizing) diwujudkan melalui struktur kepengurusan yang jelas—Ketua Umum, Sekretaris, Bendahara, dan bidang-bidang—serta penempatan kader sesuai minat dan kompetensi. Hal ini berdampak pada soliditas tim dan kejelasan tanggung jawab.
Dalam tahap pelaksanaan (actuating), pimpinan IMM dituntut mampu memberikan motivasi ideologis amar ma’ruf nahi munkar, membangun budaya musyawarah, serta menggerakkan kader melalui rapat rutin, diskusi keilmuan, dan aksi sosial serta advokasi mahasiswa. Pelaksanaan yang baik akan membentuk kader yang aktif, militan, dan memiliki rasa kepemilikan terhadap organisasi.
Adapun pengawasan (controlling) dilakukan melalui rapat evaluasi berkala, laporan pertanggungjawaban (LPJ), pengawasan moral dan ideologis, serta koreksi terhadap program yang tidak efektif atau menyimpang dari tujuan organisasi IMM.
IMM sebagai Motor Pembaruan
Rektor menutup materinya dengan menegaskan bahwa manajemen organisasi IMM yang berjalan optimal akan melahirkan kader berakhlak islami, kritis, intelektual, dan aktif berkontribusi di masyarakat, kampus, maupun pemerintahan. Dengan demikian, IMM akan menjadi organisasi mahasiswa yang disegani serta mitra strategis pemerintah, kampus, dan Persyarikatan Muhammadiyah.
“Manajemen organisasi yang baik adalah kunci keberhasilan IMM dalam mencetak kader intelektual, religius, dan berjiwa sosial. IMM harus menjadi motor penggerak ide-ide pembaruan yang berkemajuan,” pungkasnya. (eki)








