Connect with us

Hi, what are you looking for?

Kuningan Mass
Imam Nur Suharno. (Foto: dok Imam)

Netizen Mass

Memaknai Pergantian Tahun

KUNINGAN (MASS) – Kita akan kembali melewati pergantian tahun. Peristiwa pergantian tahun ini sejatinya sebagai tadzkirah bahwa jatah hidup kita di dunia berkurang meskipun secara matematika usia bertambah. Imam Hasan Al-Basri mengingatkan, “Wahai anak Adam, sesungguhnya Anda bagian dari hari, apabila satu hari berlalu, maka berlalu pulalah sebagian hidupmu.”

Dengan pemaknaan seperti itu semestinya setiap pergantian tahun dimanfaatkan untuk mengevaluasi diri (muhasabah) sejauhmana bekal yang sudah kita siapkan untuk menghadapi kehidupan setelah kematian, bukan untuk berhura-hura hingga menghabiskan biaya yang tidak sedikit.

Khalifah Umar bin Khatab pernah menyatakan, “Evaluasilah diri kalian sebelum kalian dievaluasi. Timbanglah amal-amal kalian sebelum ditimbang. Bersiaplah untuk menghadapi hari yang amat dahsyat. Pada hari itu segala sesuatu yang ada pada diri kalian menjadi jelas, tidak ada yang tersembunyi.”

Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah melangkah kaki seorang anak Adam di hari kiamat sebelum dievaluasi empat hal: tentang umurnya untuk apa dihabiskan, tentang masa mudanya untuk apa digunakan, tentang hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dihabiskan, dan tentang ilmunya untuk apa dimanfaatkan.” (HR Tirmidzi).

Terkait usia, Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baiknya manusia ialah yang panjang umurnya dan baik amalnya, sedangkan seburuk-buruknya manusia adalah yang panjang umurnya, tetapi buruk amal perbuatannya.” (HR Tirmidzi).

Selain itu, pergantian tahun juga mengingatkan tentang hakikat waktu. Imam Syahid Hasan Al-Banna berkata, “Siapa yang mengetahui arti waktu berarti mengetahui arti kehidupan. Sebab, waktu adalah kehidupan itu sendiri.”

Dengan begitu, manusia yang selalu menyia-nyiakan waktu dan umurnya berarti tidak memahami arti kehidupan. Ulama kharismatik Dr Yusuf Qaradhawi dalam bukunya Al-Waqtu fi Hayatil Muslim menjelaskan tentang tiga ciri waktu, yaitu cepat berlalu, tidak akan kembali lagi, dan sebagai harta yang paling mahal.

PERTANYAANNYA, JIKA WAKTU CEPAT BERLALU DAN TIDAK MUNGKIN KEMBALI LAGI, SERTA HARTA PALING BERHARGA, APAKAH PANTAS JIKA KITA MENYIA-NYIAKANNYA?

Imam Nur Suharno, Kepala Divisi Humas dan Dakwah Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat

Advertisement
Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement

You May Also Like