KUNINGAN (MASS) – Salah satu petani lele di Desa Cijagamulya Kecamatan Ciawigebang mengungkapkan kondisi terkini harga benih ikan lele di wilayah Kuningan dan sekitarnya. Petani muda bernama Kiki Kirman memberikan informasi tentang stabilitas harga bibit lele yang hanya pernah naik Rp 5 rupiah saja dari sekitar 5 tahun kebelakang. Berbeda dengan Cacing sutra yang menjadi makanan benih ikan lele yang pernah sampai Rp. 40.000 rupiah.
Menurut Kiki harga benih ikan lele di wilayah Kuningan terbilang stabil. Ia menyebutkan bahwa harga bervariasi tergantung ukuran, mulai dari Rp35 untuk ukuran 1-2 cm, hingga Rp380 untuk ukuran 9-12 cm.
“Dari sepengalaman saya yang sudah belasan tahun menggeluti pemijahan ikan lele, harga benih ini tidak terlalu naik banyak dan juga tidak turun signifikan. Kisarannya tetap sama seperti sebelumnya,” jelas Kiki kala diwawancara kuninganmass.com Jum’at (19/12/2025).
Ia memberikan daftar harga benih ikan lele di Kuningan khususnya Ciawigebang mencakup:
• Ukuran 1-2 cm : Rp35
• Ukuran 2-3 cm : Rp45
• Ukuran 3-4 cm : Rp65
• Ukuran 3-5 cm : Rp95
• Ukuran 4-6 cm : Rp140
• Ukuran 4-7 cm : Rp170
• Ukuran 5-7 cm : Rp210
• Ukuran 6-8 cm : Rp270
• Ukuran 7-9 cm : Rp330
• Ukuran 9-12 cm : Rp380
Namun, di balik stabilitas harga benih, Kiki mengeluhkan harga jual ikan lele yang stagnan. Ia mengungkapkan meski dulu ada kenaikan itu hanya sekitar 5 rupiah, yang dirasa tidak sebanding dengan peningkatan biaya operasional.
“Kenaikan harga pakan benih lele khususnya cacing sutra dan kadang dalam beberapa waktu suka langka ya ini berdampak besar bagi petani,” tambahnya.
Kiki menjelaskan minimal selama usia 0 sampai dua minggu, mereka harus menggunakan cacing sutra sebagai pakan, yang terkenal sebagai makanan terbaik untuk ikan lele. Namun, masalah muncul ketika pasokan cacing sutra sering langka dan harganya melambung.
“Cacing sutra menjadi pilihan karena memiliki kandungan protein yang sangat baik bagi ikan, namun pas langka pernah sampai Rp40.000 per kg, sedangkan harga normalnya sekitar Rp30.000 per kg,” ungkapnya.
Ia juga mencatat belum ada masyarakat di Kuningan yang membudidayakan cacing sutra secara mandiri dalam jumlah besar. Selama ini para petani suka membeli kepada orang yang secara khusu mencari cacing sutra itu di alam.
“Setiap benih ikan membutuhkan pakan yang berprotein tinggi dan cacing sutra pasti dipilih banyak petani ikan,” jelas Kiki.
Sementara itu ia berharap ada solusi dari pihak berwenang untuk mendukung budidaya pakan alternatif, sehingga kebutuhan pakan bisa lebih terjamin. Dengan segala tantangan yang ada, Kiki tetap optimis usaha budidaya lele bisa berkelanjutan.
“Saya dan petani lainnya berusaha untuk tetap berproduksi dan mengembangkan usaha ini, meskipun ada kendala yang dihadapi,” pungkasnya. (raqib)












