KUNINGAN (MASS) – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang ke-80, seorang akademisi Andriana pemerhati sejarah serta politik dari salah satu kampus di Kuningan, memberikan pandangannya mengenai sejarah, tujuan, dan kondisi TNI saat ini. Ia menekankan pentingnya memahami perjalanan sejarah TNI yang dimulai dari berbagai gerakan semi militer di masa pra-kemerdekaan.
Menurut Andriana, sebelum kemerdekaan, pergerakan keamanan negara telah dilakukan oleh berbagai kelompok seperti PETA dan KNIL. Gerakan-gerakan tersebut berfungsi sebagai cikal bakal kesatuan yang kemudian disatukan dalam Badan Keamanan Rakyat (BKR) berdasarkan putusan sidang PPKI.
“BKR awalnya merupakan wadah sementara karena negara pada saat itu lebih fokus pada pembentukan pemimpin dan motor politik,” ujarnya kala diwawancara kuninganmass.com pada Minggu (5/10/2025).
Seiring waktu, BKR mengalami transformasi menjadi Tentara Keamanan Rakyat, sebelum akhirnya resmi menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada tahun 1947. Ia menjelaskan bahwa TNI terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman dan kebutuhan negara.
“TNI lahir sebagai representasi perjuangan rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa,” tambahnya.
Dalam konteks global, Andriana menyatakan bahwa TNI kini memiliki peran penting sebagai nilai tawar negara dalam menghadapi ancaman keamanan. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi TNI saat ini adalah dalam bidang siber dan intelijen.
“TNI harus menjadi garda terdepan dalam menjaga keamanan nasional, terutama di tengah tantangan yang semakin kompleks,” tuturnya.
Ia juga menekankan di era digital ini, TNI harus mampu beradaptasi dengan arus informasi yang cepat dan reaktif. Tantangan ini menuntut TNI untuk tidak hanya menjadi kekuatan militer konvensional, tetapi juga menguasai aspek-aspek teknologi informasi.
“Kedaulatan negara harus tetap terjaga, dan TNI perlu memiliki strategi yang efektif untuk melawan ancaman yang muncul dari dunia maya,” ujarnya.
Dalam memperingati HUT TNI ke-80, Andriana mengajak generasi muda untuk meneladani sosok Jenderal Soedirman. Ia merupakan figur penting dalam sejarah TNI, dikenal sebagai pemimpin yang disiplin dan berjiwa kepemimpinan tinggi. “Soedirman adalah contoh nyata bagaimana seorang pemimpin harus berkorban demi bangsa, bahkan dalam kondisi yang sulit,” katanya.
Jenderal Soedirman, yang lahir di Purbalingga pada 24 Januari 1916, pernah bergabung dengan PETA dan menunjukkan kemampuannya sebagai komandan batalyon. Setelah Proklamasi 1945, ia bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat dan terpilih sebagai Panglima Besar TKR. “Semangat juangnya menjadi simbol ketahanan bangsa Indonesia dalam menghadapi penjajahan,” ungkapnya.
Meskipun Soedirman wafat pada usia muda, 34 tahun, ia dikenang sebagai pahlawan nasional yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia. “Nilai-nilai yang ditinggalkan Soedirman harus terus diingat dan diimplementasikan oleh setiap prajurit TNI,” pungkasnya. (raqib)
