KUNINGAN (MASS) – Pada akhir bulan Agustus, kita semua dikejutkan dengan aksi demonstrasi para mahasiswa yang turun ke jalan di depan gedung DPR RI untuk menyuarakan aspirasi rakyat. Massa menolak segala kebijakan yang akan diwacanakan oleh perwakilan anggota DPR. Beberapa tuntutan para demonstran yang diajukan yaitu: turunkan harga berbagai kebutuhan pokok, tindak pidana korupsi yang semakin menjalar, sistem pendidikan yang carut marut, dan berbagai persoalan lainnya.
Di media sosial, Gen Z menyampaikan aspirasinya melalui kreativitas mereka dengan membuat meme, poster, dan narasi digital. Dikutip dari Kompas.com (5/9/2025) salah seorang Psikolog Anak dan Remaja, Anastasia Satriyo, M. Psi., mengatakan bahwa Gen Z memiliki mekanisme otak yang lebih maju dari generasi sebelumnya. Sehingga potensi melakukan perubahan pasti sangat berpotensi. Gen Z memilih mengekspresikan sesuatu dengan cara mereka sendiri tanpa melakukan tindakan destruktif. Walaupun mereka masih mudah terprovokasi oleh pihak-pihak yang mengajak kepada keburukan.
Terlepas dari analisis para psikolog, sebenarnya yang dilakukan oleh Gen Z itu bukan hanya sekedar kebebasan dalam mengemukakan pendapat atau ajang haus validasi semata, tetapi sebagai manusia tentu semua mempunyai naluri baqa’ yaitu naluri mempertahankan diri dari segala penindasan dan menolak kezaliman serta ketidakadilan. Sehingga aksi demonstrasi yang terjadi itu adalah bentuk nyata dari naluri baqa’ tersebut.
Hanya saja, dalam sistem Kapitalisme seperti saat ini Gen Z hanya diberi ruang sempit untuk bebas dalam berkarya, berekspresi dan bersuara tanpa mengarah pada perubahan yang nyata. Dengan kata lain Generasi Gen Z terkungkung dalam pusaran pemikiran sekuler, sebagai buah dari penerapan sistem Kapitalis yang sedang eksis di muka bumi ini. Sehingga membuat para gen Z semakin jauh dari syariat Islam.
Seharusnya Gen Z ini diarahkan untuk mencari solusi sistemik yaitu sistem terbaik yang layak diterapkan di seluruh dunia. Terutama dalam mengatur dan mengelola seluruh urusan rakyat agar terciptanya masyarakat yang adil, makmur, damai, dan sejahtera.
Dalam Islam, manusia memiliki tiga gharizah (naluri) dalam pemenuhan kebutuhannya, yang pertama yaitu: naluri baqa’ (naluri dalam mempertahankan eksistensi dirinya). Yang kedua yaitu naluri taddayun (naluri dalam beragama), dan yang ketiga adalah naluri nau’ (naluri untuk melestarikan keturunannya).
Dalam sistem Islam, pemenuhan kebutuhan ketiga gharizah itu tentu diatur oleh hukum syara dan juga dikelola oleh negara. Seperti yang terjadi aksi demontrasi kemarin itu adalah merupakan salah satu kewajiban manusia dalam menumpas kezaliman. Bukan hanya sekedar menyalurkan ekspresi Gen Z saja. Islam juga mempunyai metode atau cara yang jelas dalam menghadapi penguasa yang melanggar aturan Allah yaitu dengan muhasabah lil hukam atau mengoreksi penguasa.
Ini merupakan salah satu metode yang digunakan sejak zaman Rasulullah saw. Metode dakwah ini dilakukan dengan cara yang makruf tanpa anarkis. Sebagaimana yang tertuang dalam QS An-Nahl ayat 125 yang artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”
Rasulullah saw. juga sangat memuliakan orang-orang yang yang mau menyampaikan kebenaran kepada para penguasa. Bahkan dalam sejarah Islam juga terbukti bahwa para generasi muda Islam mampu membawa kebangkitan hakiki. Sebut saja Ali bin Abi Thalib, Mus’ab Bin Umair, hingga Zubair Bin Awwam adalah bukti nyata bahwa pada masa sistem Islam diterapkan, generasi muda menjadi pelopor dakwah dan perjuangan.
Mereka tidak hanya pandai berekspresi saja, akan tapi bergerak dalam dakwah Islam. Gen Z sudah berani mengeluarkan aspirasinya, dan hal ini adalah potensi yang akan menjadi kekuatan untuk mencegah kezaliman.
Tentu semua itu akan terwujud jika mereka dituntun oleh sistem yang sahih, yaitu Sistem Islam, agar generasi muda tidak terprovokasi oleh oknum-oknum yang ingin menjadikan mereka kambing hitam dan mengambil keuntungan dari kelemahan mereka. Semoga sistem Islam kaffah kembali tegak di bumi ini.
Wallahualam bissawab.
Penulis : Feni Rosfiani
Aktivis Dakwah
