SINDANGAGUNG (MASS) – Suasana Minggu pagi di Blok Pesantren, Desa Kertawangunan, Sindangagung – Kuningan berbeda dari biasanya. Bukan karena ada pasar tumpah atau hajatan besar, melainkan karena sebuah hajatan demokrasi kecil yang justru terasa megah, yaitu pemilihan Ketua RT (Piltre). Sejak matahari baru saja beranjak, puluhan warga sudah berbaris rapi, menunggu giliran untuk menyalurkan hak pilih mereka. Ada semangat, ada tawa, ada ketegangan kecil yang mengingatkan pada hiruk-pikuk pemilihan umum tingkat nasional. Itu bukan sekadar memilih Ketua RT, namun tentang semangat kebersamaan yang membuncah dari jantung kampung.
Di bawah langit cerah, sejak pukul 07.45 WIB, warga RT/RW 002/001 Blok Pesantren sudah tampak antusias memadati Tempat Pemungutan Suara (TPS) sederhana yang berdiri di tengah kampung. Layaknya Pemilu legislatif atau Pilpres, prosedur pemilihan dibuat serapi mungkin. Warga datang, mendaftar, menerima kartu suara, mencoblos di bilik suara, lalu memasukkan suara mereka ke kotak yang dijaga ketat oleh panitia.
Hal itu diungkapkan langsung oleh Hanip selaku Ketua Panitia Pemilihan, Minggu (27/4/2025). Ia mengatakan, pemilihan itu bukan sekadar kontestasi untuk meraih jabatan.
“Ini ajang kebersamaan. Kedua calon sepakat, apapun hasilnya nanti, tujuan kita adalah membangun lingkungan bersama,” ungkapnya.
Menurut Hanip, apakah memilih secara aklamasi atau langsung, sama pentingnya? Yang utama, siapa pun terpilih harus mengemban amanah rakyat.
“Kalau pemimpin tidak amanah, rakyat yang susah,” ujarnya, mengingatkan.
Hal yang menarik, seluruh persiapan TPS, bilik suara, hingga logistik kecil lainnya tidak dibiayai oleh anggaran desa, melainkan hasil gotong royong warga. Semangat kolektivitas tersebut yang membuat pemilihan terasa begitu hangat dan membanggakan.
Arif Budiman, salah satu tokoh masyarakat yang juga Bihi (Ketua Adat) Desa Kertawangunan, ikut mengapresiasi antusiasme warga. Ia menjelaskan, kegiatan tersebut lebih ramai dibanding Pemilu legislatif dan Pilpres. Ia juga menilai proses pemilihan berjalan sangat demokratis.
“DPT kita hampir semua hadir, 90 persen sudah mencoblos sampai pukul 10.30 WIB,” katanya sambil tersenyum bangga.
Tak hanya warga, Lurah Kertawangunan, Asep, pun larut dalam euforia. Ia mengaku bingung saat harus memilih.
“Pendataan DPT rapi, pelaksanaan transparan, semua warga puas. Ini demokrasi dalam arti sebenarnya. Calonnya sama-sama baik, jadi malah susah milihnya,” tuturnya.
Lebih jauh, Lurah Asep menyatakan apresiasinya terhadap model pemilihan langsung yang diadopsi warga blok pesantren itu. Ia berharap, siapa pun yang terpilih, harus mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat.
“Saya sangat terkejut sekaligus bangga, warga bisa menggelar pemilihan RT secara langsung dan serentak. Ini ide yang luar biasa. Ketua RT itu ujung tombak pemerintahan. Mereka garda pertama dalam mengurus masyarakat. Maka dukungan untuk mereka sangat penting,” tandasnya. (argi)
