KUNINGAN (MASS) – Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan harus ada orang yang memimpin dan ada orang yang dipimpin. Hal ini sesuai dengan perintah Nabi SAW, “Jika ada tiga orang bepergian, hendaknya mereka mengangkat salah seorang di antara mereka menjadi pemimpinnya.” (HR Abu Dawud).
Berkaitan kepemimpinan, orang yang memimpin harus dapat mengantarkan orang yang dipimpin meraih kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, komitmen pelayanan menjadi kunci utama keberhasilan dalam kepemimpinan.
Kepemimpinan hakikatnya melayani (al-khidmah), sebagaimana ditegaskan dalam sabda Nabi SAW, “Pemimpin suatu kaum adalah pelayan bagi mereka.” (HR Ibnu Asakir dan Abu Nu’aim).
Menjadi pemimpin berarti mendapatkan kewenangan untuk melayani. Karenanya, setiap pemimpin harus memiliki dan mengerahkan kemampuannya dalam membangun visi pelayanan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi orang-orang yang dipimpinnya.
Bahwa kesuksesan seorang pemimpin tidak terletak pada kemampuannya duduk di atas singgasana kepemimpinan, akan tetapi terletak pada kemampuannya duduk di hati orang-orang yang dipimpin. Maka dalam melayani, paling tidak ada tiga aspek yang hendaknya dipahami dan diimplementasikan.
Pertama, al-khidmah bil-qalb (melayani dengan hati). Melayani harus dimulai dari dalam diri. Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam hati, lalu bergerak ke luar untuk melayani orang yang dipimpin.
Ciri melayani dengan hati, orientasinya bukan kepentingan pribadi dan golongan, justru untuk kepentingan publik; memiliki kerinduan mengembangkan orang yang dipimpin; memiliki perhatian terhadap orang yang dipimpin; memiliki akuntabilitas; mampu mengendalikan ego dan kepentingan pribadinya.
Kedua, al-khidmah bil-aql (melayani dengan kepala / pikiran). Tiga hal melayani dengan pikiran, yaitu memiliki visi yang jelas; responsive; selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan maupun tantangan yang dihadapi; dan ketiga performance coach, menjadi pelatih atau pendamping bagi orang yang dipimpinnya.
Ketiga, al-khidmah bil-yad (melayani dengan tangan). Paling tidak empat hal melayani dengan tangan. Yaitu, pemimpin tidak sekedar memuaskan orang yang dipimpin tetapi kerinduan mengemban amanah dengan baik; fokus pada hal spiritual dibandingkan sekedar kesuksesan duniawi; mau terus belajar; dan selalu menselaraskan diri terhadap komitmen untuk ibadah dan melayani sesama.
Jika setiap pemimpin pada semua level kepemimpinan di negeri ini berkomitmen dalam melayani rakyat yang dipimpinnya maka dapat mengantarkan kepada kehidupan yang lebih baik. Semoga.***
Imam Nur Suharno
(Penceramah)