KUNINGAN (MASS) – Pemilihan pemimpin selalu berulang setiap lima tahun. Mengingat peran kepemimpinan yang sangat vital dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, masyarakat tidak boleh salah dalam memilih pemimpin. Kesalahan menentukan pilihan selama lima menit dalam bilik suara akan turut menentukan nasib kehidupan bangsa lima tahun mendatang.
Saking pentingnya masalah kepemimpinan, sampai Rasulullah SAW memerintahkan kepada kaum Muslimin untuk mengangkat seorang pemimpin meskipun hanya bertiga.
“Jika ada tiga orang bepergian, hendaknya mereka mengangkat salah seorang di antara mereka menjadi pemimpinnya.” (H.r Abu Dawud).
Karena itu, momentum lima tahunan ini tidak boleh disia-siakan atau golput. Tindakan golput atau tidak turut memilih berarti memberikan kesempatan untuk menang kepada calon pemimpin yang kurang baik.
Agar tidak salah memilih, ada acara cerdas yang perlu diperhatikan dan diikuti.
Pertama, memilih pemimpin yang terbaik. Pilihlah pemimpin yang amanah, bertanggung jawab, dan berkomitmen terhadap ajaran agamanya. Sebab, jika terhadap agamanya saja tidak punya komitmen menjalankan ajarannya, apalagi komitmen terhadap rakyat yang memilihnya.
Salah satu indikasi pemimpin yang berkomitmen terhadap agamanya adalah yang aktif ke masjid.
Apabila kalian melihat seseorang biasa ke masjid, maka saksikanlah bahwa ia beriman. Allah berfirman, “Orang yang memakmurkan masjid-masjid Allah adalah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.” (Q.s. At-Taubah [9]: 18). (H.r. Ibnu Majah dan Tirmidzi).
Dan, termasuk kategori berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya, dan kaum Muslimin adalah jika tidak memilih pemimpin yang terbaik (saleh). Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang memilih seorang pemimpin padahal ia tahu ada orang yang lebih pantas (saleh), maka ia telah mengkhianati Allah, rasul-Nya, dan kaum Muslimin.” (H.r. Hakim).
Kedua, shalat Istikharah dan bermusyawarah. Jika mengalami kesulitan dalam memilih pemimpin, sebaiknya lakukan shalat Istikharah dan bermusyawarahlah dengan orang-orang yang mengetahui persoalan memilih pemimpin agar tidak salah.
Dalam hal ini Rasulullah SAW menegaskan tidak akan pernah kecewa orang-orang yang beristikharah dan tidak akan pernah menyesal pula orang-orang yang suka bermusyawarah (H.r. Ahmad).
Ketiga, hendaknya bertanya kepada ahlinya atau orang yang mengenal sepak terjang dan latar belakang calon pemimpin yang akan dipilih.
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (Q.s an-Nahl [16]: 43).
Semoga Allah senantiasa membimbing masyarakat agar dapat memilih pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab. Amin.
Penulis : H. Imam Nur Suharno, SPd, SPdI, MPdI dan Hj Siti Mahmudah, SPdI, MPd
Pengelola Majelis Taklim Ibu-Ibu di Kuningan, Jawa Barat