KUNINGAN (MASS) – Warna merah jambu mulai menghiasi mall-mall. Muda-mudi tak kalah saing mempersiapkan moments yang dianggap sakral pada pertengahan bulan Februari, khususnya bertepatan pada tanggal 14.
Perayaan valentin di Indonesia seperti sudah wajib dan digandrungi kawula muda. Mereka menyebut valentin adalah hari bentuk kasih sayang terhadap pasangan. Jadi harus ada persiapan mulai dari kartu ucapan dan kado.
Diketahui bahwa hari Valentine berasal dari festival Romawi Lupercalia, yang diadakan pada pertengahan Februari. Festival ini merayakan datangnya musim semi, termasuk upacara kesuburan dan pemasangan undian antara wanita dengan pria.
Dengan hal ini valentin bukanlah berasal dari Islam, justru ini adalah budaya barat. Terlebih lagi Indonesia merupakan kawasan negeri terbesar umat Islam, muda-mudi yang merayakan kebanyakan dari kalangan umat Islam. Walhasil hari valentin bertentangan dari ajaran Islam.
Terlebih lagi valentin day dirayakan bersama pasangan yang bukan sahnya. Dan aktivitas didalamnya tidak luput dari perbuatan dosa seperti berdua-duaan dengan lawan jenis dan sampai melakukan perzinaan.
Dalam pandangan Islam, valentin bukanlah hari raya umat Islam. Seorang muslim dilarang mengikuti perayaan tersebut. Dalam salah satu hadis dijelaskan,
عَنْ أَنَسٍ، قَالَ قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَقَالَ مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ. قَالُوا كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ
Artinya, “Diriwayatkan dari sahabat Anas, ia berkata, ‘Sekali waktu Nabi SAW datang di Madinah, disana penduduknya sedang bersuka ria selama dua hari. Lalu Nabi bertanya ‘Hari apakah ini (sehingga penduduk Madinah bersuka ria)?’.”
“Mereka menjawab ‘Dulu semasa zaman jahiliah pada dua hari ini kami selalu bersuka ria.’ Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya Allah SWT telah menggantikannya dalam Islam dengan dua hari yang lebih baik dan lebih mulia, yaitu hari raya kurban (Idul Adha) dan hari raya fitri (Idul Fitri),” (HR Abu Dawud). Dalam hadits tersebut bentuk larangan seorang muslim untuk mengikuti hari raya agama lain.
Hari raya merupakan perkara keyakinan, mengikuti acara diluar Islam merupakan tasyabbuh. Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).
Terlebih lagi hari valentin disuguhkan kepada aktivitas pacaran. Padahal dalam Islam berdua-duaan adalah perbuatan dosa yang menghantarkan kepada perzinaan. Sebagaimana firman Allah
وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلً
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra: 32).
Walhasil sudah saatnya seorang muslim ketika mau melakukan apapun harus tahu ilmunya terlebih dahulu. Supaya apa yang kita lakukan tidak menjadi perbuatan yang sia-sia. Terlebih lagi keadaan sekarang dalam masyarakat sekularisme, yang memisahkan agama dengan kehidupan.
Agama dianggap hanya mengatur urusan sholat, haji, zakat dan puasa. Sedangkan urusan aturan kehidupan dengan sesama manusia diserahkan kepada akal semata. Dan dengan ini, budaya dari luar yang bertentangan dengan keyakinan akan mudah masuk ke benak kaum muslim dan dianggap modern.
Hari valentin virus yang dibawa barat. Agar kita tidak terbawa arus, mari kita bentengi dengan mengkaji Islam lebih dalam, dan mengaplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Wallahu’alam bishshawab.
Penulis : Euis Hasanah
(Pegiat Literasi)