KUNINGAN (MASS)- Selain dikenal sebagai pencetak “karyawan” “BRI” (Bubur Rokok Indomi) dan “BCA” (Bubur Cai Asongan). Warga Kuningan juga dikenal sebagi penghasil koki nasi goreng.
Ini dibuktikan dengan banyaknya penjual nasi goreng di berbagai daerah. Bukan hanya di Kuningan penjual nasi goreng tersebar, tapi juga di berbagai kota di Indonesia.
Untuk urusan nasi goreng di Kuningan ada dua desa yang warganya mayoritas menggantungkan hidupnya dari benjualan nasi goreng. Dua desa tersebut adalah Desa Bunder dan Desa Datar yang terletak di Kecamatan Cidahu.
Menurut Kaur Kesra Datar Tela, dari total 3.000 jiwa maka 75 persenya adalah penjual nasi goreng. Mereka menyebar dimana-mana baik di Jawa Barat hingga di ibu kota.
“Nasi goreng sudah menjadi ikon Desa Datar dan Bunder. Dan ini sudah menjadi profesi turun temurun sejak puluhan tahun lalu,” ucap Tela kepada kuninganmass.com.
Ia tidak mengetahui pasti siapa orang pertama yang menjadi tukang nasi goreng khusunya di Desa Datar. Profesi ini sudah menjadi ladang bagi warga untuk mengais rejeki.
Diterangkan sebelum menjadi perangkat desa, dirinya pun mantan penjual nasi goreng di Jakarta. Setelah ada panggilan pulang ke kampung maka menjadi Kaur Kesra.
Terpisah, Ali warga Desa Bunder menyebutkan, di desanya sekitar 70 persen menjadi penjual nasgor. Mereka ada yang memilih di Kuningan dan juga memilih ke luar kota.
“Kalau di Kuningan ada tukang nasgor dan logatnya Sunda sudah pasti dari Bunder atau dari Datar,” ucap penjual yang mangkal di depan Diler Suzuki Kuningan itu.
Pria anak satu ini mengaku berjualan di sejak tahun 1984. Pada saat itu nsi goreng dijual Rp1.00/porsi. Saat ini ie menjual Rp12 ribu.
“Banyak suka duka selama berjualan nasgor dan Alhamdulilah bisa menghidupi keluarga dan menghantarkan anak menjadi sarjana,” ucap warga Dusun Pahing itu.
Diterangkan, semakin tahun semakin banyak penjual nasi goreng baru. Bisanya yunior terlebih dahulu magang disenior dan setelah dinilai matang baru membuka usaha sendiri dan siklusnya seperti itu.
Selebihnya lanjut dia, warga memilih bertani dan entah kapan generasi muda mau meneruskan menjadi petani. Pasalnya, semakin kesini banyak yang memilih menjadi penjual nasgor dari pada petani.
Untuk masalah ini, Ali membiarkannya mengalir seperti air. Ia yakin akan ada pilihan terbaik bagi warga karena mereka yang merasakannya. (agus)