CIDAHU (MASS) – Baru-baru ini, masyarakat Desa Jatimulya Kecamatan Cidahu dibuat khawatir dengan rencana penggusuran bangunan, termasuk rumah warga, yang ada di sekitar anak sungai. Warga dibuat kaget, karena saat itu, kedatangan alat berat tanpa pemberitahuan lebih dahulu.
Meski pada akhirnya dilakukan dialog antara warga desa dan pihak BBWS dan perusahaan BUMN WIKA, masyarakat masih dalam suasana bingung. Kemana mereka akan pindah jika memang nanti tergusur. Sedangkan, rumah itulah yang jadi harta berharga mereka.
Baca sebelumnya : https://kuninganmass.com/ratusan-rumah-di-desa-jatimulya-bakal-tergusur/
Menyoal hal tersebut, Presiden BEM Unisa Kuningan Dhika Purbaya mengatakan pihaknya mencoba bertanya langsung ke warga Jatimulya. BEM Unisa, bertanya ke warga pada Jumat (8/4/2022) kemarin.
“Penggusuran ini masih belum ada keputusan yang jelas meraka hanya bisa menunggu waktu itu tiba. Ada sekitar 137 Rumah yang akan terancam tergusur di bantaran sungai irigasi bendungan cikeusik oleh BBWS. Dan malahan, tersebar isu bahwa penggusuran itu setelah idul fitri. Tapi, kebanyakan warga (yang ditanyai, red) belum bisa memastikan kemana mereka akan tinggal,” ujarnya, Sabtu (9/4/2022) sore.
Dhika mengatakan, jika melihat Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia (UUD 1945), didalamnya menerangkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Namun sepertinya, lanjut Dhika, masalah ini malah sebaliknya karena warga disana menempati tanah pemerintah sehingga pemerintah punya hak untuk mengambil, menggunakan kapan saja apabila diperlukan.
“Saya yakin setiap pembangunan itu baik, namun lebih baik ditinjau juga dampak dari pembangunan tersebut, jangan sampai malah banyak merugikan sosial ekonomi masyarakat yang saat ini kuningan mengalami miskin ekstrim” ujar Dhika.
Melihat kondisi seperti ini, Dhika mengakui ini merupakan hal yang sangat memprihatinkan. Mengingat belakangan ini, hangat sekali yang diperbincangkan hanya masalah AKD, dan isu-isu lainnya namun melupakan saudara-saudara di Jatimulya yang terancam tidak punya tempat tinggal.
“Ini bukan soal kepentingan kekuasaan, atau kepentingan politik. Namun ini berbicara perihal kemanusiaan dimana lebih tinggi dari pada kepentingan apapun,” imbuhnya. (eki)