KUNINGAN (Mass) – Rupanya lamanya Indonesia merdeka tidak berbanding lurus dengan semakin sejahteranya rakyat. Di Cibingbin buktinya, masih ada warga yang makan nasi aking untuk memuaskan rasa laparnya.
Ini dialami Aswadi (80) warga dusun III Rt 01 Rw 03 Desa Sukaharja Kecamatan Cibingbin. Ia tinggal bersama istri, anak dan cucunya dalam sebuah gubug yang sangat memprihatinkan. Aswadi dan keluarganya hanya mampu makan nasi aking setiap harinya. Hal itu telah dijalaninya selama 5 tahun.
Penghasilan Aswadi hanya mengandalkan dari usaha memecahkan batu yang tidak menentu. Karena kondisi ekonomi inilah Aswadi tidak mampu untuk membeli beras.
“Saya hanya mampu membeli nasi aking yang harganya lebih murah. Cuma 3.000 rupiah saja per satu kilonya. Setiap bulan saya hanya dapat jatah beras raskin sebanyak 5 kg dan harus ditebus sebesar 12 ribu rupiah,” tutur Aswadi Kamis (24/8).
Dari dekat, tampak kediaman Aswadi dan keluarganya sangat memprihatinkan. Rumahnya masih beralaskan tanah dengan tembok bilik.
Menurut Aswadi, sebelum memakan nasi aking terlebih dahulu nasinya dibersihkan kemudian direndam agar lembek. Setelah itu dimasak atau dibuat bubur.
“Lauk pauknya seadanya saja kalau tidak ada cukup dengan garam saja makannya,” ungkapnya.
Hingga saat ini Aswadi mengaku belum mendapatkan bantuan dari pemerintah. Beras raskin pun hanya mendapatkan sebanyak 5 kg saja dan itu pun harus ditebusnya.
Dia berharap ada bantuan beras gratis dari pemerintah hingga keluarganya bisa menikmati makan nasi secara normal. (deden)