KUNINGAN (MASS) – Kementerian Sosial Republik Indonesia yang telah mencoret 1,8 juta nama dari daftar penerima bantuan sosial (Bansos) dan menonaktifkan 7,3 juta peserta PBI-JK (Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan) secara nasional. Dari data tersebut, sebanyak 34.804 warga Kuningan ikut terdampak.
Meski sempat dikhawatirkan anggota legislative Yaya, terutama soal pencoretan penerim BPJS lantaran bisa saja yang tercoret itu adalah warga miskin yang tengah pengobatan, namun Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) Kabupaten Kuningan Toto Toharudin M Pd justru menganggap pencoretan data dari Bansos itu sebagai kabar baik.
Baca:
1,8 Juta Penerima Bansos Dicoret, 34.804 Warga Kuningan Terdampak, Pemkab Harus Bergerak!
Bukan tanpa alasan, Toto bilang, jika dicoretnya penerima Bansos itu sesuai dengan data kemiskinan, artinya kemiskinan di Kuningan secara data menurun cukup banyak.
“Kalo ini linear dengan kemiskinan, kemiskinan akan turun tidak kurang 20% dari angka penerima bantuan,” kata Toto, baru-baru ini saat menghadiri pelantikan pejabat tinggi pratama.
Selain “menekan” angka kemiskinan dengan data pencoretan penerima bantuan, Toto juga meyakinkan bahwa pihaknya terus melakukan pengentasan kemiskinan dengan langkah strategis, pemberdayaan.
“Saya ditugaskan menekan angka kemiskinan, dari hulu ke hilir kita lakukan, jadi tidak hanya dari sisi angka melalui program DTSEN, yang tidak kalah pentingnya, pemberdayaan,” ujarnya.
Saat itulah ia kemudian pamer soal bantuan 1 pedagang sorabi 1 juta. Menurutnya, langkah pemberdayaan ini diambil agar para pedagang sorabi, bisa naik kelas. Tidak hanya sorabi, mereka bisa ekspansi jualan jenis lainnya, pendamping sorabi.
“Dalam rangka memaksimalkan ibu-ibu tukang sorabi yang belum tersentuh,” jelas Toto, optimis bisa memicu para tukang sorabi, yang dianggapnya pengusaha kecil, lokal Kuningan, dan ada di hampir setiap desa, serta modalnya terbilang kecil. (eki)