KUNINGAN (MASS) – Yayasan Husnul Khotimah (YHK) kembali menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan mutu pelayanan lembaga dengan menggelar acara Re-Orientasi pada Sabtu (19/4/2025) di Sangkanika, Kuningan. Acara ini mempertemukan seluruh Kepala Unit dan Kepala Urusan di lingkungan YHK dalam sebuah forum yang mengusung tema “Profesionalisme Pelayanan terhadap Stakeholder (Khadimul Ummah)”.
Kegiatan ini dibuka dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an yang menambah kekhidmatan suasana. Dalam sambutannya, H. Maman Kurman, S.H., selaku Ketua I Yayasan Husnul Khotimah, menekankan bahwa para kepala unit dan kepala urusan adalah garda terdepan dalam menjalankan program-program yayasan. Ia mengajak seluruh peserta untuk memperkuat budaya kerja yang telah ditanamkan di Husnul Khotimah: Ikhlas: Islami, Kolaboratif, Loyal, Adaptif dan Sientifik.
Maman juga mengingatkan bahwa seluruh insan yayasan membawa nama besar Husnul Khotimah, termasuk di media sosial dan dalam aktivitas mereka di luar lembaga. Menurutnya, setiap individu yang lahir dari sistem pendidikan Husnul Khotimah harus memiliki kombinasi nilai: attitude (akhlak), intelligence (kecerdasan), dan leadership (kepemimpinan). Ia bahkan mencontohkan hal kecil seperti sopan santun ketika melewati kerumunan sebagai bentuk aktualisasi nilai attitude yang harus dijaga sejak dini.
Sementara itu, H. Sanwani, S.H., Kepala Divisi HRD dan Personalia, menyampaikan, Re-Orientasi ini adalah ajang untuk kembali mengingat pesan-pesan luhur para pendiri yayasan. Ia mengenang cita-cita mendiang H. Sahal yang sejak kecil ingin menjadi santri namun tidak sempat, hingga akhirnya mewujudkan impian tersebut dengan mendirikan pesantren dan mencetak ribuan santri serta kiai. “Saya ingat betul bagaimana cita-cita itu diwujudkan melalui Husnul Khotimah ini. Cita-cita yang besar, yang kita warisi bersama,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Sanwani menyampaikan bahwa salah satu kelemahan internal yang masih perlu dibenahi adalah budaya “tidak enakan” dalam menegur kesalahan. Ia menegaskan pentingnya peneguran berjenjang, dimulai dari kepala urusan masing-masing sebagai bentuk pembinaan dan tanggung jawab struktural.
KH Imam Nur Suharno, M.Pd.I., yang juga menjabat sebagai Kepala Divisi Humas dan Dakwah, turut memberikan materi mengenai pentingnya membangun budaya dakwah yang merata di seluruh lapisan yayasan. “Setiap kita adalah humas, dan setiap kita harus humanis. Setiap kita juga adalah dai yang harus mencerminkan 10 karakter dasar da’i, mulai dari akidah yang lurus hingga bermanfaat untuk orang lain,” ucapnya. Ia juga mengatakan, karakter-karakter ini telah ditempel di lingkungan kerja agar bisa mengakar dan teraktualisasi dalam perilaku sehari-hari.
Imam menyampaikan dengan penuh rasa syukur bahwa saat ini slogan Pesantren Husnul Khotimah berbasis dakwah dan tarbiyah, bahkan sudah memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). “Ini adalah pondasi kuat yang harus dijaga. Apalagi kita telah memiliki 8.146 alumni, yang sebagian besar telah menjadi duta dakwah di berbagai daerah,” tambahnya.
Dalam sesi berikutnya, Dr. Mualim, M.A. Kepala Divisi Perguruan Tinggi, menekankan bahwa keberadaan perguruan tinggi adalah bagian tak terpisahkan dari Husnul Khotimah. Ia terinspirasi dari pesan KH Ahmad Dahlan, “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah,” yang ia rasa relevan diterapkan di Husnul Khotimah. Dikatakan, dalam jangka panjang, yayasan menargetkan memiliki universitas sendiri di usia emas 50 tahun. Namun ia juga mengingatkan, mengelola perguruan tinggi berbeda dengan madrasah atau pesantren. Perguruan tinggi harus memenuhi tiga pilar Tri Dharma: pembelajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Dari sisi kepemimpinan pesantren, Ustadz Fauzi M. Ali, Lc., Pimpinan Pondok Pesantren Husnul Khotimah 2, menekankan bahwa pimpinan harus menjadi contoh teladan bagi santri, terutama dalam hal akhlak, kedisiplinan, dan nilai-nilai islami. Ia mengajak seluruh pihak untuk tidak ragu dalam menegur santri yang tidak sesuai dengan nilai keislaman, sebab jika tidak ditegur, perilaku itu akan menjadi kebiasaan.
Kemudian, Ust. Didin Mulyanto, S.E. MM., Kepala Divisi Ekonomi dan Usaha, menjelaskan, divisi yang ia pimpin berperan penting dalam memperkuat ekonomi yayasan agar dapat menopang program-program pendidikan dan dakwah. Ia menyampaikan visinya bahwa pada tahun 2045, Divisi Ekonomi akan menjadi badan usaha profesional yang masuk 5 besar di Jawa Barat. Mereka fokus pada tiga misi utama: pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan ekonomi umat.
Dari sisi pengelolaan dana, Ust. Mulyana, M.Pd. selaku Bendahara Yayasan menekankan pentingnya akuntabilitas dan transparansi. Ia menjelaskan, setiap pengajuan anggaran dari unit/divisi harus menyertakan laporan keuangan bulan sebelumnya, maksimal tanggal 10. Ia menambahkan bahwa pengawasan internal akan diperkuat, dan setiap unit harus mampu mempertanggungjawabkan dana sesuai dengan program yang telah disetujui. “Efisiensi bukan hanya prinsip negara, tapi juga prinsip yayasan,” tegasnya.
Sementara itu, H. Asep Saputra, selaku Sekretaris Yayasan, memberikan pemaparan mengenai perkembangan regulasi yayasan. Ia mengungkapkan bahwa sebelum tahun 2004, YHK belum memiliki dasar hukum yang kuat. Namun, sejak terbitnya UU Yayasan tahun 2004, lembaga ini mulai menata aturan internal secara sistematis demi menciptakan keterbukaan dan akuntabilitas.
Begitu juga disampaikan, Ust. H. Supriyadi, M.Pd., Kepala Divisi Sarana menyampaikan tugas divisinya adalah membangun sarana dan prasana Pondok Pesantren, sehingga dapat menunjang Yayasan. Ia juga berharap Santri punya soft skill dan life skill, kebersihan di dalam kelas, asrama, menjadi perhatian dari santri, walikelas untuk memberikan edukasi kepada santri menjadi pembelajaran bagi santri.
Tak ketinggalan, Ust. Sanwani menegaskan kembali bahwa pegawai adalah aset utama yayasan. Ia mengajak seluruh pegawai untuk merasa menjadi bagian dari keluarga besar Husnul Khotimah dan terus menguatkan loyalitas serta kontribusi terhadap lembaga.
Hj Yayah Sopiah, salah seorang peserta yang juga pegawai senior dari mulai awal berdiri HK, menyampaikan kesannya mengikuti kegiatan re-Orientasi ini. “Saya merasa bangga menyaksikan para alumni HK, mulai dari Angkatan awal, sudah banyak yang menjadi dai bahkan ada yang melebihi ustadznya sendiri,” tuturnya.
Penutupan acara disampaikan oleh Divisi HRD dan Personalia dengan suasana yang khidmat dan penuh semangat baru. Kegiatan ini diharapkan tidak hanya memperbarui pemahaman tentang tugas dan fungsi setiap elemen dalam yayasan, tetapi juga memperkuat sinergi antardivisi dan memperkokoh komitmen untuk terus melayani umat dengan profesionalisme tinggi.
“Re-Orientasi ini bukan sekadar pengingat masa lalu, tapi penyegaran visi dan ruh pengabdian kita untuk terus menjadi pelayan umat yang terbaik,” pungkasnya. (didin)