KUNINGAN (MASS) – Setelah sekian lama hanya menjadi konflik melalui proksi dan operasi intelijen rahasia, kini Iran dan Israel resmi berada dalam pusaran perang terbuka. Rentetan rudal, drone kamikaze, dan serangan udara telah menandai babak baru pertarungan dua kekuatan utama di Timur Tengah. Ketika diplomasi gagal dan pertempuran mulai mendekat ke daratan, dunia pun mulai bertanya: Siapa yang benar-benar unggul jika perang berubah menjadi pertempuran darat besar-besaran?
Berdasarkan laporan Global Fire Power, baik Iran (peringkat ke-16) maupun Israel (peringkat ke-15) tercatat sebagai kekuatan militer utama dunia. Namun jika fokus diarahkan secara spesifik ke unit tempur darat, maka perbedaan tajam mulai terlihat, baik dalam jumlah, komposisi, maupun filosofi pertahanan masing-masing negara.
🔻 Iran: Dominasi Kuantitas dan Artileri Berat
Iran lebih unggul dari segi jumlah dan keragaman sistem senjata darat. Mengandalkan doktrin pertahanan massal dan gerilya berat, Iran mempersenjatai pasukan daratnya dengan volume besar kendaraan tempur dan artileri jarak jauh.
- Tank: 1.713 unit
- Kendaraan tempur & logistik: 65.825 unit
- Artileri Bergerak (Self-Propelled): 392 unit
- Artileri Ditarik Manual: 2.070 unit
- Peluncur Roket (MLRS): 1.517 unit
Strategi Iran cenderung mengandalkan daya tembak massif, taktik bertahan dalam kedalaman, dan kemampuan menghambat mobilitas musuh. Dominasi artileri dan roket ini memungkinkan Iran menekan musuh dari kejauhan sebelum pertempuran kontak terjadi.
🔺 Israel: Modernisasi dan Efisiensi Lapangan
Israel, meski unggul dalam kualitas dan kecanggihan, memiliki jumlah unit yang jauh lebih sedikit. Namun seluruh sistemnya didukung oleh teknologi tempur modern, komunikasi terintegrasi, dan mobilitas tinggi.
- Tank: 1.300 unit (mayoritas adalah Merkava, tank tempur utama buatan dalam negeri)
- Kendaraan tempur & logistik: 35.985 unit
- Artileri Bergerak: 352 unit
- Artileri Ditarik Manual: 171 unit
- Peluncur Roket (MLRS): 183 unit
Israel mengedepankan manuver cepat, presisi, dan logistik terkoordinasi untuk mendukung pasukannya. Meskipun jumlah artilerinya lebih kecil, sistem kontrol tembakan dan pengintaian udara yang canggih menjadikan setiap peluncuran senjata jauh lebih efektif dan akurat.
Jika konflik berubah menjadi perang darat besar-besaran, maka Iran unggul secara kuantitatif, terutama dalam artileri dan peluncur roket. Hal ini akan menyulitkan musuh dalam upaya pendudukan atau invasi, apalagi di wilayah Iran yang luas dan geografisnya kompleks.
Namun, Israel memiliki keunggulan dalam kualitas tempur, efektivitas sistem komando, dan pengalaman perang urban serta cepat. Jika pertempuran bergeser ke wilayah yang terbatas atau padat penduduk (seperti di Gaza atau Lebanon Selatan), Israel cenderung lebih efisien dan mematikan.
Pada konteks konflik yang sedang berlangsung ini, kemenangan di darat tak hanya ditentukan oleh siapa yang memiliki lebih banyak tank atau meriam, tapi oleh bagaimana mereka digunakan. Iran memiliki daya gempur besar, tapi Israel punya presisi dan kecepatan.
Kedua negara tampaknya tidak hanya mengandalkan kekuatan militer, tetapi juga sedang bertaruh besar atas strategi, opini publik dunia, dan kesiapan untuk mempertahankan wilayah masing-masing dalam konflik yang bisa berubah menjadi krisis global. (argi)