KUNINGAN (MASS) – Di tengah perkembangan teknologi digital yang pesat, mahasiswa harusnya memiliki peran vital sebagai agen perubahan sosial. Hal itulah yang dikatakan Ridho Abdul Muhfid, mahasiswa Sosiologi Agama. Ia mengamini, perubahan dalam interaksi sosial akibat teknologi digital telah mempengaruhi cara hidup masyarakat.
“Banyak hal yang dulunya dilakukan secara langsung kini beralih ke ruang digital dan ini sangat berpengaruh terhadap tindak tanduk manusia,” ungkapnya kala diwawancara kuninganmass.com pada Kamis (20/11/2025).
Perubahan ini, menurut Ridho, termasuk ke dalam kategori perubahan sosial dalam sosiologi, karena pola pikir dan cara masyarakat berinteraksi ikut bergeser. Di sinilah mahasiswa, yang tumbuh bersama teknologi, memiliki posisi penting untuk membantu masyarakat beradaptasi dengan perubahan tersebut.
“Mahasiswa sering disebut sebagai agen perubahan, dan itu bukan tanpa sebab, dalam berbagai bidang termasuk positioning mahasiswa dalam perubahan teknologi,” lanjutnya.
Sebagai agen perubahan, mahasiswa memiliki kemampuan berpikir kritis, cepat beradaptasi, dan akses informasi yang luas. Dalam konteks digital, peran ini bisa muncul dalam banyak bentuk, seperti mengedukasi masyarakat sekitar tentang pentingnya literasi digital atau menyebarkan informasi yang akurat di media sosial.
“Contoh kecilnya adalah menyebarkan kampanye positif tentang penggunaan media sosial yang sehat, tidak menyebar hoax, fungsi filterisasi informasi yang saat ini memang saking banyaknya informasi, akhirnya tak terbendung,” tandasnya.
Interaksi sosial kini lebih banyak terjadi di ruang virtual. Ridho menjelaskan dalam sosiologi, interaksi sosial merupakan dasar terbentuknya hubungan dan struktur masyarakat. Oleh karena itu, mahasiswa perlu menjaga interaksi digital tetap sehat.
“Ini bisa dilakukan dengan menghindari debat yang tidak produktif dan menciptakan ruang diskusi yang ramah,” ujarnya.
Ia menyoroti pentingnya fungsi sosial mahasiswa dalam masyarakat. Dalam dunia digital, fungsi ini bisa diwujudkan melalui kampanye online tentang isu sosial, penelitian tentang perilaku digital masyarakat, atau ide kreatif untuk mengatasi masalah-masalah seperti penyebaran hoaks.
“Relevansi dan kompetensi mahasiswa di era digital sangat krusial, dengan literasi digital yang baik, mahasiswa dapat menganalisis dan menilai informasi, serta membuat keputusan yang lebih baik,” jelasnya.
Namun, ia juga menyadari adanya tantangan, seperti masalah jaringan dan risiko keamanan digital. Meski demikian, mahasiswa harus mampu beradaptasi dan menggunakan teknologi untuk kepentingan positif.
“Kita harus bisa menggunakan teknologi dengan bijak untuk membantu menciptakan perubahan yang baik di masyarakat,” pungkasnya. (raqib)
