KUNINGAN (MASS) – Kepala Sekolah SLB Taruna Mandiri, Kokoy Kurnaeti, S.Pd., M.Pd., mengungkapkan keprihatinannya terhadap nasib anak-anak dengan hambatan intelektual, terutama tuna grahita. Dalam Podcast Kuningan Mass pada Rabu (12/11/2025), ia menyebutkan anak-anak ini sering kali tidak mendapatkan perhatian yang layak dari masyarakat dan pemerintah.
Kokoy menyoroti anak-anak dengan hambatan intelektual, seperti down syndrome, sering kali dianggap tidak berpotensi dan bahkan dianggap ODGJ alias Orang Dalam Gangguan Jiwa. Sementara itu berbeda dengan anak-anak dengan hambatan penglihatan atau pendengaran yang seringkali masih dapat melanjutkan pendidikan dan berkarir di instansi pemerintah.
“Masyarakat sering kali tidak menyadari potensi besar yang dimiliki oleh anak-anak ini, mereka seringkali diabaikan, dianggap intelektualnya rendah, di bawah rata-rata, bahkan terkadang ada yang hanya memiliki skor 30%,” ungkap Kokoy.
Ia menambahkan kurangnya perhatian dari pemerintah bisa jadi disebabkan oleh ketidaktahuan. Terlebih anak-anak tuna grahita sering kali tidak dapat melanjutkan pendidikan akademis ke perguruan tinggi. “Banyak yang tidak paham bahwa anak-anak ini juga membutuhkan pendidikan dan perhatian khusus,” tambahnya.
Sebagai langkah untuk mengatasi masalah ini, Kokoy bersama timnya telah merancang program pendidikan vokasi. Salah satu program unggulan adalah jurusan perhotelan yang hanya dimiliki oleh SLB Taruna Mandiri.
“Kami ingin memberikan keterampilan praktis yang dapat membantu mereka mandiri, karena melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi tidak memungkinkan bagi mereka,” jelasnya.
Di jurusan perhotelan, anak-anak diajarkan berbagai keterampilan praktis seperti membersihkan kamar, berbicara dengan sopan santun dan teknik cleaning service. “Kami menerapkan metode belajar yang langsung teknis ke lapangan, sehingga anak-anak bisa merasakan dan memahami keterampilan yang diajarkan,” tandasnya.
Program magang juga menjadi bagian dari upaya memberikan pengalaman nyata kepada anak-anak tuna grahita. Kokoy mengungkapkan anak-anak tersebut akan mendapatkan kesempatan magang di tempat seperti Pepabri dan Grage. “Kami ingin mereka merasakan suasana kerja yang nyata, serta membangun kepercayaan diri mereka,” ujarnya.
Program-program inisiatif ini diharapkan dapat membuka jalan bagi anak-anak tuna grahita untuk memiliki masa depan yang lebih baik. Melalui sarana dan program yang ada kesadaran akan pentingnya pendidikan untuk anak-anak tuna grahita akan meningkat.
“Kami percaya bahwa dengan pendidikan yang tepat, mereka bisa berkontribusi terhadap masyarakat,” pungkasnya. (raqib)
