Connect with us

Hi, what are you looking for?

Netizen Mass

Perenungan Diri

KUNINGAN (MASS) – Tidak terasa kita kembali melewati pergantian tahun baru, tahun 2023 berganti menjadi 2024. Pergantian tahun ini hendaknya dijadikan sebagai sarana untuk perenungan diri agar hidup menjadi lebih bermakna.

Di antara upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri adalah dengan melakukan perenungan diri atau muhasabah. Perenungan pengalaman atau kesalahan masa lalu yang dibarengi dengan introspeksi diri agar menjadi lebih baik di masa depan. Dalam Islam, perenungan diri atau muhasabah ini diperintahkan secara langsung dalam Alquran.

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S Al-Hasyr [59]: 18).

Setiap Mukmin dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas amalnya. Untuk peningkatan kualitas amal, perenungan diri sangat diperlukan. Tanpa perenungan tidak akan ada peningkatan kualitas amal. Perenungan diri (muhasabah) menjadi karakter utama pribadi Mukmin.

Umar bin Khaththab sebagai Amirul Mukminin pernah mengingatkan umat Islam dengan perkataan yang sangat populer, “Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu.” Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Muhasabah atau perenungan diri merupakan kesadaran akal untuk menjaga diri dari pengkhianatan nafsu melalui proses pencarian kelebihan dan kekurangan diri. Karena itu, setiap pergantian tahun mesti dijadikan sarana untuk perenungan diri atas amal yang telah dilakukan dan sejauhmana waktu dan kesempatan yang diberikan digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat.

Ketahuilah bahwa “Tidak akan bergeser dua kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia ditanya (dimintai pertanggung jawaban) tentang umurnya ke mana dihabiskan, tentang ilmu bagaimana ia mengamalkan, tentang harta, dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya.” (HR Tirmidzi).

Setiap pergantian tahun mengingatkan, secara matematika usia seseorang bertambah, padahal sejatinya jatah hidup di dunia berkurang. Jika hal ini direnungi secara seksama, seseorang akan memanfaatkan pergantian tahun untuk perenungan diri agar seiring dengan bertambahnya usia, semakin bertambah bermanfaat hidupnya.

Seorang ulama Imam Hasan Al-Basri mengingatkan, “Wahai anak Adam, sesungguhnya Anda bagian dari hari, apabila satu hari berlalu, berlalu pulalah sebagian hidupmu.”

Dengan pemaknaan seperti itu seharusnya setiap pergantian tahun dimanfaatkan untuk mengevaluasi diri sudah sejauhmana bekal yang sudah disiapkan untuk menghadapi kehidupan setelah kematian, bukan berhura-hura hingga menghabiskan biaya yang tidak sedikit.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Selain itu, pergantian tahun juga mengingatkan tentang hakikat waktu. Imam Syahid Hasan Al-Banna berkata, “Siapa yang mengetahui arti waktu berarti mengetahui arti kehidupan. Sebab, waktu adalah kehidupan itu sendiri.”

Dengan begitu, manusia yang menyia-nyiakan waktu dan umurnya berarti tidak memahami arti kehidupan. Ulama kharismatik Yusuf Qaradhawi dalam bukunya Al-Waqtu fi Hayatil Muslim menjelaskan tentang tiga ciri waktu, cepat berlalu, tidak akan kembali lagi, dan sebagai harta yang paling mahal.

Jika waktu cepat berlalu dan tidak mungkin kembali, serta harta yang paling mahal, maka pantaskah kita menyia-nyiakannya?

H Imam Nur Suharno dan Hj Siti Mahmudah

Advertisement. Scroll to continue reading.
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Advertisement
Exit mobile version