KUNINGAN (MASS) – Dalam beberapa hari terakhir beredar isu di masyarakat mengenai dugaan pembangunan sirkuit di kawasan lereng Gunung Ciremai, tepatnya di sekitar Objek Wisata Arunika. Isu tersebut berkembang liar dan memunculkan kekhawatiran publik terkait potensi kerusakan lingkungan dan pelanggaran kawasan konservasi.
Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda (PC GP) Ansor Kabupaten Kuningan, Muhaemin yang juga akrab disapa Cak Imin, menegaskan bahwa berdasarkan klarifikasi lapangan, kegiatan yang dilakukan di lokasi tersebut bukan pembangunan sirkuit, melainkan penataan kawasan melalui penebangan tanaman liar jenis kaliandra yang akan diganti dengan tanaman khas Jawa Barat seperti jamuju, trembesi, dan beringin.
“Isu sirkuit ini berkembang bukan karena fakta lapangan, tetapi karena asumsi yang dibangun tanpa data. Lokasi tersebut bukan kawasan taman nasional dan secara teknis tidak memenuhi syarat sebagai sirkuit,” kata Muhaemin, Rabu (10/12/2025).
Ia juga menekankan kembali, bahwa lokasi yang dimaksud tidak berada di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai, melainkan di lahan milik pribadi Puspita Cipta Group (PCG).
Adapun akses jalan yang ramai disebut sebagai “sirkuit”, kata Muhaemin, pada faktanya merupakan jalan distribusi bibit dan akses menuju Pesantren Daarut Tauhid dengan sistem satu pintu, menggunakan paving block demi menjaga daya resap air. Secara teknis, kontur wilayah yang curam juga tidak memungkinkan kawasan tersebut memenuhi standar nasional sebagai sirkuit.
“Akses jalan yang dibangun bukan untuk balapan, melainkan untuk distribusi bibit dan akses pesantren. Itu pun menggunakan paving block agar tetap ramah lingkungan,” ujarnya.
Cak Imin mengaku mengenal H. Rokhmat Ardiyan sebagai pengusaha lokal yang peduli terhadap alam dan umat. Usaha-usahanya dijalankan sesuai peraturan dan mampu menyerap sekitar 3.000 tenaga kerja di bawah naungan Puspita Cipta Group.
“Beliau aktif di organisasi keumatan seperti GP Ansor, KAHMI, dan Nahdlatul Ulama. Dengan rekam jejak tersebut, sangat tidak masuk akal jika kemudian dituduh mengabaikan kelestarian lingkungan,” aku Imin.
“Kami mengajak semua pihak untuk menyikapi isu ini dengan kepala dingin, membuka ruang dialog, dan berbicara berdasarkan data, bukan asumsi,” pintanya. (eki)
