KUNINGAN (MASS) – Bahwa sesungguhnya ada dua faksi yang paling berpengaruh di Palestina. Pertama faksi Al Fatah (Gerakan Nasionalis sekuleris Pembebasan Palestina) dan kedua HAMAS (Gerakan Perlawanan Jihad fiisabiilillah – ada juga faham Islam fundamentalis).
Dua faksi ini memiliki ideologi yang berbeda. Al Fatah berideologi nasionalis sekuler, HAMAS ber-ideologi Islam.
Al Fatah mendukung ide adanya dua negara, HAMAS bersikeras bahwa Israel, WAJIB HENGKANG DARI TANAH PALESTINA.
Di era Yasser Arafat, berkat pengaruhnya, kedua faksi yang berbeda arah dan kiprah perjuangannya ini bisa disatukan. Setidaknya, perseteruan keduanya bisa diminimalisir. Namun begitu Yasser Arafat wafat, kongsi kedua faksi ini pecah.
Pada pemilihan legislatif tahun 2006, secara mengejutkan, ketika HAMAS memenangkan pemilu secara mutlak, sehingga Ismail Haniyah sebagai ketua biro politik HAMAS yang diangkat menjadi Perdana Menteri.
Fakta kemenangan HAMAS menunjukkan bahwa rakyat Palestina mendukung perjuangan jalur jihad fiisabiilillah HAMAS, termasuk menolak eksistensi Israel di Palestina.
Sementara bagi Zionis Najis Israel kemenangan HAMAS adalah kabar buruk bagi rencana perdamaian Palestina-Israel. (Perdamaian tipuan versi himpunan persekutuan jahat/Koalisi pencetak Penderitaan Rakyat Palestina – Racun dalam bentuk kemasan kue bolu dari Mahluq Islamophobia/Anti Islam)
ATAS DASAR ITULAH HAMAS menolak mengakui Israel tanpa syarat. Oleh sebab itu, diprovokasilah Faksi Al Fatah untuk menolak hasil pemilu POLA LEZAT ADU SAPI Dimanapun bukan hanya di Palestina untuk hancurkan Umat Islam yang “Sepertinya nikmat diadu sapi!
Adu domba itu kecil.
Kembali ke HAMAS….. Meski secara de facto Ismail Haniyah adalah PM Palestina dari Faksi HAMAS, namun tidak pernah bisa menjalankan tugas pokok dan fungsi politiknya dengan normal/semestinya.
Mengapa ?
Sebab penolakan Faksi Al Fatah atas kemenangan HAMAS membuat kedua faksi ini bersiteru bahkan saling adu senjata.
Perang saudara dengan saling mengokang senjata dari kedua faksi ini tidak bisa dihindari.
Puncaknya, tahun 2007, Mahmud Abbas selaku presiden Palestina memecat Ismail Haniyah Perdana Menteri dari Faksi HAMAS, termasuk sejumlah tokoh HAMAS dari kabinet. (Hasil operasi intelijen pasti begitu. Maksudnya Intelijen Mosad Israel. Pen.)
Rakyat Jalur Gaza yang mendukung Faksi HAMAS menolak pemecatan tersebut, dan tetap mengakui Ismail Haniyah sebagai perdana menteri Palestina.
Pemerintahan Palestina akhirnya terbagi dua, Tepi Barat dikuasai Al Fatah, dan Jalur Gaza dikuasai HAMAS.
Oleh Barat, karena HAMAS menolak berdamai dengan Israel dan tidak mengakui Israel sebagai negara, HAMAS pun disebut sebagai organisasi teroris *Kendati yang karakter TERORIS sebenarnya ZIONIS YAHUDI ISRAEL!
Prihatin ….. blokade terhadap Jalur Gazapun dimulai. Jalur Gaza menjadi penjara terbesar di dunia, dengan dua juta lebih ‘tahanan’. Akibat blokade oleh Israel ZIONIS TERORIS, Jalur Gaza disebut oleh PBB/Perserikatan Bangsa Bangsa – sebagai wilayah tidak layak huni. Semua serba kekurangan, baik pangan maupun akses air bersih dan keburukan hidup lainnya.
Ternyata, nasib Tepi Barat di bawah Al Fatah yang mengakui Israel, tidak lebih menyenangkan. Israel memanfaatkan kelemahan Al Fatah dengan terus melakukan pencaplokan (aneksasi) terhadap bagian-bagian Tepi Barat. Termasuk ambisi menguasai sepenuhnya Yerusalem untuk dijadikan ibukota.
Sampai tahun 2017, 237 pemukiman telah didirikan Israel di Tepi Barat dengan menampung sekitar 580.000 pemukim.
Sadar saling tikam hanya membuat Palestina makin lemah, dan memberikan keuntungan pada Israel, Fatah mengajukan rekonsiliasi ke HAMAS. Keduanya sepakat bersatu, dan akan mengadakan pemilu pada 22 Mei 2021. Kesepakatan yang membuat AS dan Israel merinding. Keduanya khawatir HAMAS memenangkan pemilu, atau minimal, Fatah menghentikan upaya diplomasi dan memilih mengikuti arus perlawanan HAMAS.
Al Fatah sadar, menempuh jalur diplomasi dan memilih melunak hanya membuat Israel ngelunjak dan tidak memberi keuntungan apa-apa bagi rakyat Palestina. Solusinya, persatuan dan membangun pemerintahan bersama.
Situasi panas saat ini di Tepi Barat dan Jalur Gaza, terkait dengan upaya Israel menghambat dan menghalangi pelaksanaan pemilu yang tinggal sepekan lagi.
Sayangnya, di Indonesia dalam menyikapi situasi terkini di Palestina, isunya malah jadi LIAR kemana-mana, ALIAS NGAWUR !
Saya berharap dan percaya insan intelijen KALIBATA – PEJATEN – sudah menahami untuk mengurai, mendalami, menditeks dengan rumusan Format Gerakan, Kontruksi gerakan, Struktur Gerakan dalam konteks AGHT pada situasi dan kondisi dimaksud.
Tidak sedikit yang malah membela Israel dengan membangun narasi berbasis teologi, bahwa Palestina adalah wilayah yang dijanjikan Tuhan untuk orang-orang Yahudi.
Ada juga yang membuat isu, tindakan HAMAS melancarkan serangan roket bahkan sampai menyasar Tel Aviv adalah tindakan sepihak HAMAS yang tidak merepresentasikan sikap rakyat Palestina….dll.
Mereka malah membenarkan HAMAS adalah organisasi teroris yang sejak awal tidak pernah didukung rakyat Palestina. Kalau tidak didukung rakyat Palestina, mengapa HAMAS bisa menang mutlak di pemilu 2006, dan mengapa AS dan Israel menolak pemilu tahun ini diadakan jika menyertakan HAMAS?
Kekhawatiran AS dan Israel HAMAS bakal menang pemilu itu berbasis data. Bahwa dukungan rakyat Palestina pada HAMAS dan faksi-faksi perlawanan lainnya makin menguat.
Ada juga yang menyebut, serangan Israel ke Jalur Gaza, hanya bentuk pembelaan diri. Rakyat Palestinanya sendiri yang memprovokasi. Penyerangan ke Masjid Al-Aqsa pun dimaklumi dengan alasan, provokatornya yang lari ke dalam masjid…dst.
Fahami Indonesia KITA INI berdasar pijakan Politik bebas aktif….. perbanyaklah literasi. Kejadian hari ini di Palestina bukan serba tiba-tiba, semuanya adalah akumulasi hari-hari bahkan tahun-tahun sebelumnya sampai puluhan tahun lalu, yang dimulai dari berdatangannya orang-orang yang tidak jelas identitasnya ke tanah Palestina dan membangun koloni-koloni dengan lebih dulu melakukan perampasan tanah, genocida dan penjajahan.
Membangun negara baru di atas perampasan, pembunuhan massal dan pengusiran adalah kejahatan kemanusiaan. Tidak ada dalil teologis satu pun yang membenarkan. Apa pun agamanya, tidak harus menjadi muslim untuk membela rakyat Palestina.
Jangan bertindak bodoh, ketika orang- orang Palestina mau bersatu dan makin sadar pentingnya persatuan dalam menghadapi musuh, sementara kita di Indonesia malah sepertinya gontok-gontokan dan saling menghujat, jauh dari manfa’at malah bisa besar mudharatnya!
Mestinya KITA SADAR bahwa PERSATUAN INDONESIA adalah sebuah KEBUTUHAN!
kembali menyoal Palestina…..
Mari KITA dukung rekonsiliasi Al Fatah-HAMAS dan pelaksanaan pemilu Palestina.
Mengapa ?
Oleh sebab ada keterpanggilan jiwa terhadap rakyat palestina: SERUPA Garis Komando militer dari Ismail Haniyah yang sudah melekat kuat di Faksi HAMAS dan menyatu dihati sanubari Rakyat Palestina serta seruan/doktrinir dengan kalimat: Diam teraniaya dan mati, jalan terbaik PERANG MATI SYAHID!
Dikuatkan lagi dengan SERUAN “Ismail Haniyah” kepada rakyat palestina…. Mari kita sadari betapa mendesaknya untuk melangkah
pilihan hidup terbaik – Jihad Fiisabilillah…!
Itulah inti dasar kekuatan Faksi HAMAS
Hadanallahu Waiyyakum Ajma’in
Awang Dadang Hernawan
*( Pemerhati Intelijen, sosial politik dan SARA)
—————————–
Ditempat/19/Mei
Duaribu 21
19530430TITIK