KUNINGAN (MASS) – Polemik mengenai sistem tabungan di sekolah dasar (SD) menjadi perhatian berbagai pihak. Salah satunya Presiden Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kuningan (UMK), Sandy Rizkya, menyampaikan pandangannya.
Sandy menyoroti polemik yang menyebar tersebut, informasi yang simpang siur terkait pengelolaan tabungan di sekolah kerap menimbulkan kejanggalan. Menurutnya kasus tersebut bukan yang pertama kalinya ada di SD.
“Entah karena kurangnya transparansi atau informasi yang belum lengkap, tabungan siswa kerap kali menimbulkan masalah. Hal yang dikhawatirkan apabila tabungan ini malah dianggap sebagai dana pinjaman oleh guru yang tidak bertanggung jawab,” ujarnya, Minggu (6/7/2025)
Ia menjelaskan bahwa secara ideal, tabungan sekolah seharusnya menjadi sarana bagi siswa untuk belajar menabung secara mandiri. Namun dilapangan menurutnya, justru orang tua yang mengambil peran utama dalam proses menabung di sekolah.
“Tabungan sekolah seharusnya menjadi sarana bagi siswa untuk belajar menyisihkan sebagian uang sakunya untuk menabung, tapi dilapangan wali murid lah yang kerap kali bertanggung jawab atas tabungan sekolah,” ucapnya.
Ia juga mengingatkan, pelibatan siswa dalam sistem yang tidak tepat justru bisa berisiko buruk bagi karakter anak.
“Jika tujuan diterapkannya tabungan ditingkat Sekolah Dasar adalah untuk wali murid menabung maka persimpel birokrasinya, tidak perlu melibatkan siswa didalamnya, karena dihawatirkan justru ketika siswa disituasi tertentu terbiasa mengambil uang yang seharusnya digunakan untuk menabung maka akan menanamkan karakter korup sejak dini,” ucapnya
Ia menerangkan bahwa perlu adanya edukasi yang diberikan kepada wali murid agar memahami tujuan menabung dan mekanisme yang seharusnya dijalankan.
“Kalau sekolah mau menerapkan sistem menabung kepada murid, maka perlu ditekankan kepada walinya untuk mengedukasi agar anak-anaknya bisa belajar menyisihkan uang jajannya, sehingga mereka dapat belajar mengelola keuangan,” jelasnya.
“Keterlibatan murid dalam proses menabung penting, bukan hanya sekedar simpan uang, tapi juga pendidikan karakter dan tanggung jawab,” lanjutnya.
Ia berharap isu tersebut dapat menjadi perhatian lebih bagi pihak sekolah dan instansi pendidikan agar konsep menabung di sekolah tidak sekadar formalitas, namum benar-benar menjadi bagian dari pendidikan karakter dan kemandirian siswa. (didin)