KUNINGAN (MASS) – Kasus keracunan massal yang menimpa peserta didik penerima manfaat Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di beberapa daerah adalah alarm keras tentang lemahnya pengawasan mutu dan keamanan pangan. Ironisnya, di sejumlah kabupaten, Satgas MBG baru dibentuk setelah kejadian tragis ini mencuat dan menyita perhatian publik. Sebelum kejadian keracunan ada beberapa kasus mengenai makanan yang kurang layak. Tentu ini harus diperhatikan lebih serius karena program ini program nasional.
Hal ini menimbulkan pertanyaan mendasar, mengapa langkah strategis seperti pembentukan satgas tidak dilakukan sejak awal program diluncurkan? Padahal, juknis MBG sudah mengamanatkan pentingnya pengawasan berlapis, mulai dari pemilihan bahan, proses pengolahan, distribusi, hingga edukasi higienitas. Menghadirkan satgas setelah insiden keracunan terlanjur terjadi seolah menunjukkan sikap reaktif, bukan preventif.
Kita tidak boleh membiarkan kesehatan anak-anak sekolah dipertaruhkan hanya karena lemahnya manajemen di tingkat daerah. Satgas MBG seharusnya bukan sekadar “pemadam kebakaran” setelah masalah meledak, melainkan perangkat permanen yang bekerja sistematis yang melakukan audit dapur, memastikan bahan pangan aman, memberi pelatihan higienitas pangan dan dapur, serta merespons cepat laporan masyarakat.
Padahal, juknis MBG sudah mengatur pentingnya keterlibatan lintas sektor, dari dinas pendidikan, dinas kesehatan, hingga aparat pengawas. Jika koordinasi dan pengawasan berjalan baik, insiden semacam keracunan massal bisa diminimalisasi. Fakta bahwa ratusan anak menjadi korban menandakan kelalaian serius di tingkat daerah.
Khususnya Pemerintah Kabupaten Kuningan tidak boleh sekadar “mengobati citra” dengan membentuk satgas reaktif. Satgas MBG harus diberi kewenangan nyata, sumber daya cukup, dan bekerja dengan sistem yang transparan: mengaudit dapur, memeriksa suplai bahan, melatih tenaga pengolah makanan, serta menindak tegas jika ada pelanggaran.
Masyarakat Kuningan, khususnya para orang tua, berhak mendapat jaminan bahwa makanan yang masuk ke mulut anak-anak mereka aman, bergizi, dan layak. Jangan sampai makanan yang harusnya bergizi dan gratis ini menjadi momok menakutkan bagi orang tua karena kecemasan takut keracunan.
Saya berharap Satgas MBG bukan hanya menjadi simbol politik belaka, sementara anak-anak terus menanggung risiko. Lalu kita berkata tidak apa-apa. Program MBG adalah harapan untuk masa depan sehat generasi muda, bukan ancaman kesehatan yang menakutkan.***
Dadan Satyavadin – Masyarakat Kuningan