KUNINGAN (MASS) – Jalan hidup memang tidak bisa diduga. Alurnya, tidak pernah bisa ditebak dengan mudah. Kadang bahagia tak terkira, namun kadang memaksa berjuang sekuat tenaga.
Dan fase harus berjuang sekuat tenaga inilah yang kini dialami keluarga Bayu. Bayu dan 2 adiknya adalah yatim piatu yang tinggal di Desa Timbang Kecamatan Cigandamekar.
Bayu, Maulana dan Rafa, ditinggal sang ibu pada tahun 2020 lalu, kemudian disusul kepergian sang ayah pada Maret tahun 2021. Saat itu, ketiganya masih belasan tahun.
Bahkan, saat ini, anak yang bungsu, Rafa, masih bersekolah di tingkat SLTP. Pangais bungsu masih 19 tahun, anak lelaki paling besar, baru setahun ini saja bekerja.
Ketiganya punya kakak kandung perempuan, Ika yang kini di Purwakarta. Ika sudah menikah dengan Riki, yang berasal dari luar Kuningan. Kakak dan kakak ipar itulah yang selama ini menggantikan peran kedua orang tua mereka.
Namun nasib tak selalu ramah. Baru saja beberapa waktu belakangan, sang kakak ipar, Riki, mengalami kecelakaan fatal saat bekerja.
Riki yang kesehariannya sopir, mengalami kecelakaan di Tol Cikampek. Mobil yang biasa dikemudikannya, tengah disopiri oleh kernet. Riki, tidur di bagian belakang kursi.
Nahas, kecelakaan mengerikan itu terjadi di tol. Truknya diperkirakan ambil jalur kiri dan malah menabrak mobil besar yang tengah terparkir.
Darah Riki mengucur seiring dengan remuknya mobil bagian kiri depan mobil. Riki memang selamat, namun kedua kakinya tak selamat, harus diamputasi. Mungkin tak bisa lagi bekerja. Padahal masih punya balita.
“Saminggu sateuacan (sebelum) 17 Agustusan,” kata Bayu, saat ditanya kapan persisnya kecelakaan yang dialami kakak iparnya tersebut, kala diwawancara Kuninganmass.com baru-baru ini.
Pada kecelakaan itu, sang sopir kabur. Hanya mengabari soal kecelakaan dengan mengirim video. Memang, katanya kernet itu bukanlah yang biasa bekerja dengan Riki.
Saat ini, sang kakak ipar itu tengah perawatan di Purwakarta. Orang tua Riki, kakak ipar, berasal darisana. Selain kakak perempuan, adik Bayu yang sudah tidak sekolah, sekarang menemani juga di Purwakarta.
Bayu sendiri masih di Kuningan. Hanya berkabar via telepon. Ia masih harus bekerja seperti biasa. Belum lagi, adik bungsunya masih bersekolah.
Soal adiknya yang berskolah, Bayu mengaku banyak “maklum” dari pihak guru dan sekolah, termasuk soal bayaran. Ada keringanan bantuan dari pihak yayasan.
Bayu bercerita, sang adik masih ingin melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi. Rafa, kata Bayu, ingin sekolah ke SMK Japara.
Untuk kebutuhan sehari-hari, Bayu mengaku harus ditanggung sendiri. Sementara soal kecelakaan, biaya pengobatannya dibantu perusahaan. Bayu bilang, ada rencana kedepan, keluarga kakak akan kembali ke Kuningan setelah usai perawatan.
Kepedulian warga sekitar juga terasa. Meski bukan bantuan secara resmi dari lembaga resmi seperti desa, para tetangga Bayu serta RT setempat kini menggagas renovasi rumah. Bayu sekeluarga, yang sedang dalam masa prihatin, akan dibantu gotong royong warga. (eki)