KUNINGAN (MASS) – Sebuah Sekolah Dasar Negeri mengalami lonjakan jumlah siswa pada tahun ajaran 2025, yang mengharuskan pihak sekolah memanfaatkan ruang perpustakaan sebagai ruang belajar alternatif, meski tanpa fasilitas kursi.
Peristiwa tersebut terjadi di SDN Cikupa yang berada di lingkungan Desa Cikupa, kecamatan darma, kabupaten Kuningan. Secara keseluruhan dengan total jumlah siswa 241 orang sekolah membutuhkan 12 ruangan kelas untuk proses pembelajaran, namun saat ini hanya tersedia 11 ruangan.
Kepala SDN Cikupa, Eso Sudarso SPd SD, mengungkapkan bahwa kondisi tersebut terjadi karena lonjakan siswa baru di tahun ajaran 2025. Ia mengatakan, saat ini kelas 1 mencapai 43 siswa sehingga pihak sekolah membagi menjadi dua rombel untuk efektifitas pembelajaran.
“Sebenarnya ini bisa saja dijadikan satu kelas, tapi kalau dibuat satu kelas kurang efektif jadi terpaksa harus dibuat dua rombel dengan memanfaatkan ruang perpustakaan,” ujar Eso saat dikonfirmasi di kantor sekolah, Jumat (18/7/2025).
“Tapi saat ini pembelajaran diruang perpustakaan belum mengunakan kursi, Kami sedang berusaha untuk pengadaan kursi, tapi saat ini belum tereksekusi,” tambahnya.
Menurut Eso, sesuai ketentuan dapodik satu kelas terdiri maksimal 1/28 siswa untuk per kelasnya. Hal itu iya jalankan dengan memanfaatkan ruangan perpustakaan.
Saat ini, SDN Cikupa memiliki 241 siswa dari kelas 1 hingga 6, masing-masing angkatan membutuhkan dua kelas untuk proses pembelajaran dengan total keseluruhan 12 kelas. Namun jumlah kelas yang tersedia hanya ada 11, sehingga terjadi kekurangan satu kelas.
“Kondisi ini terkadang situasional, misalkan tahun depan jumlah siswanya sedikit dan klas 6 keluar dua rombel, bisa jadi cukup 11 rombel. Tapi harapan kami tetap ada 12 kelas supaya bisa mengantisipasi keadaan situasional ini,” jelasnya.
Ia juga berharap adanya ruang kelas baru untuk menutupi kekurangan tersebut, serta ruangan lab komputer untuk pelaksanaan ANBK.
“Untuk lahan kami sudah tersedia, tinggal pembangunannya aja,” ujarnya.
Sementara itu, terkait pembelajaran di perpustakaan, ia mengatakan bahwa pembelajaran berjalan dengan efektif meski tanpa alas meja dan aktivitas membaca siswa tetap bisa digunakan saat jam istirahat.
“Kalau belajar secara lesehan masih efektif kenapa tidak, tapi ini hanya sementara waktu, tetap harus tetap difasilitasi meja, kursi, dan papan tulis untuk kenyamanan,” lanjutnya.
“Saat ini untuk siswa membaca jam paling efektif itu di waktu istirahat agar tidak menggangu pembelajaran, tapi bisa saja bukunya juga di sebar ke setiap kelas agar lebih efektif lagi,” pungkasnya. (didin)