KUNINGAN (MASS) — Di tengah semilir angin Garawangi yang membawa aroma sawah dan tanah basah, sebuah pesan penting disuarakan lantang, yaitu, pangan bukan hanya soal kenyang, melainkan martabat. Pemerintah Kabupaten Kuningan kembali menegaskan langkah nyata memperkuat ketahanan pangan dan mempercepat penurunan stunting, melalui penyaluran bantuan pangan bergizi hasil intervensi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) Tahun 2025, Rabu (2/7/2025).
Desa Garawangi menjadi saksi, ketika tangan-tangan tulus berbaur demi menguatkan dapur rakyat. Hadir langsung Bupati Kuningan, Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, M.Si., yang tidak hanya menyerahkan bantuan, tetapi juga merangkul warga dan menyemai semangat kebersamaan. Turut mendampingi Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Dr. Wahyu Hidayah, M.Si., serta jajaran tenaga kesehatan dan kader Posyandu, suasana terasa hangat, penuh gotong royong.
“Kita berkumpul di tanah Garawangi bukan sekadar berbagi bantuan. Ini adalah barisan cinta, kepedulian, dan perjuangan. Karena soal pangan bukan hanya soal perut kenyang, tapi martabat manusia dan masa depan bangsa,” ungkap Bupati.
Program SKPG membangun fondasi kebijakan berbasis data. Tidak sekadar menebak-nebak, Pemkab Kuningan menggunakan tiga indikator penting, yakni ketersediaan, keterjangkauan, dan pemanfaatan pangan untuk memetakan wilayah rentan, waspada, maupun aman terhadap kerawanan pangan.
Dian menegaskan, kehadiran pemerintah harus berwujud nyata, terutama bagi kelompok yang berjuang dalam diam.
“Kami hadir membawa data, membawa program, membawa secercah harapan bagi keluarga yang selama ini berjuang dalam senyap. Ini bukan sekadar bantuan, tapi bentuk kehadiran negara di dapur rakyat,” tuturnya kembali.
Sebanyak 120 rumah tangga sasaran (RTS) menerima bantuan pangan bergizi, tersebar di tiga desa:
- Desa Garawangi: 63 RTS
- Desa Sukamulya: 31 RTS
- Desa Mekarmulya: 26 RTS
Paket bantuan difokuskan untuk balita dan ibu hamil agar kebutuhan gizi dasar kelompok rentan dapat terpenuhi secara berkelanjutan.
Ia juga mengingatkan, stunting merupakan alarm masa depan. Anak yang kurang gizi hari ini berpotensi melemahkan daya saing bangsa di kemudian hari. Karena itu, perubahan pola konsumsi keluarga menjadi sangat vital.
Selain itu, Dian juga menegaskan, ukuran pembangunan tidak hanya berupa jalan mulus atau gedung tinggi, tetapi juga isi piring keluarga di pedesaan. Penyerahan bantuan itu bukanlah seremoni kosong. Dari Garawangi, langkah kecil diambil dengan harapan mengguncang masa depan. Kuningan menanam benih harapan agar generasi berikutnya tumbuh lebih sehat, lebih kuat, dan lebih mandiri.
“Anak sehat hari ini adalah pemimpin tangguh di masa depan. Dan ibu yang cerdas hari ini adalah fondasi bangsa yang cemerlang,” tegasnya.
Kadiskatan Kuningan Dr. Wahyu Hidayah turut menambahkan. Menurutnya, intervensi pangan melalui SKPG merupakan bentuk kehadiran pemerintah yang berkeadilan, terarah, dan tepat sasaran.
“Dengan arahan langsung dari Bapak Bupati, kami bergerak cepat dan menyasar kelompok paling rentan. Ini bukan sekadar administratif, tapi bentuk nyata keberpihakan kepada rakyat,” tambahnya. (argi)