KUNINGAN (MASS) – Di Indonesia saat ini semakin tampak bahwa pembayaran digital bukan lagi sekadar alternatif, melainkan telah menjadi bagian dari gaya hidup terutama di kalangan generasi muda seperti Generasi Z. Dengan munculnya sistem pembayaran QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), muncul pola komunikasi ekonomi baru: interaksi ekonomi yang dilakukan melalui scan‑kode, sekali klik, tanpa kontak fisik uang tunai.
Dalam kerangka ilmu komunikasi, hal ini menandai bahwa transaksi bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga soal komunikasi yaitu pertukaran simbol, nilai, dan identitas melalui medium digital. Generasi yang lahir di era serba digital ini, yang akrab dengan ponsel, aplikasi, dan jaringan, memproyeksikan pembayaran digital sebagai wujud identitas mereka.
QRIS memungkinkan pengguna untuk “berbicara” lewat kode: scan → bayar → selesai. Transaksi menjadi ekspresi gaya hidup: cepat, efisien, modern. Data menunjukkan bahwa Gen Z turut memainkan peran utama dalam adopsi QRIS: hingga awal tahun 2025, Gen Z menyumbang sekitar 27,94 % dari total pengguna QRIS (Antara News, 2025). Lebih jauh, pertumbuhan transaksi QRIS tercatat sangat tinggi: misalnya YoY naik 162,7 % per Juli 2025 (Jawa Pos, 2025). Dalam perspektif komunikasi, penggunaan QRIS oleh Gen Z tidak hanya sekadar adopsi teknologi tetapi juga proses encoding dan decoding makna: pengguna memilih sistem ini karena nilai‑nilai yang melekat kemudahan, kecepatan, teknologi, identitas digital dan komunikan (merchant, platform) menyediakan kode sebagai simbol yang dibaca oleh pengguna.
Ketika generasi muda menggunakan QRIS dalam keseharian transaksi di kafe, belanja online, sampai transportasi mereka sedang menyampaikan pesan sosial: “Saya bagian dari generasi digital”, “Saya nyaman dengan teknologi”, “Saya terhubung dengan ekosistem modern”. Ilmu komunikasi menyebut bahwa setiap tindakan manusia bisa menjadi pesan simbolik. Oleh karena itu, transaksi digital lewat QRIS adalah bentuk komunikasi nonverbal yang menegaskan identitas digital, gaya hidup cashless, dan kedekatan dengan teknologi. Studi tentang keputusan generasi Z dalam menggunakan QRIS menunjukkan bahwa variabel seperti perceived usefulness (manfaat yang dirasakan) dan trust (kepercayaan) secara signifikan mempengaruhi keputusan mereka menggunakan QRIS (Jurnal JISE, 2024).
Dalam teori komunikasi, medium dan pesan tidak bisa dipisahkan. Teknologi pembayaran digital adalah medium baru yang memungkinkan komunikasi ekonomi berlangsung dengan cara berbeda. QRIS membuka jalur komunikasi antara pengguna dan merchant yang lebih cepat dan lebih transparan.
Namun mekanisme ini juga membawa perubahan pola: dari dialog cashier‑pelanggan menjadi transaksi cepat, dari manusia ke manusia menjadi manusia ke sistem/mesin. Komunikasi menjadi lebih task‑oriented (berorientasi tugas) dibanding interaksi interpersonal yang hangat. Ini menimbulkan pertanyaan, Apakah aspek emosional dan interpersonal dari komunikasi ekonomi mulai tergeser oleh efisiensi teknologi? Di sini ilmu komunikasi memberikan insight bahwa komunikasi bukan hanya pengiriman pesan tetapi juga pembentukan relasi, makna bersama, dan kepercayaan sosial.
Tantangan dan Implikasi Komunikasi untuk Stakeholder
Beberapa tantangan muncul dalam konteks ini:
- Risiko komunikasi yang kehilangan makna: Jika transaksi digital hanya dilihat sebagai fungsi teknis, maka makna sosial seperti kepercayaan, relasi, interaksi antar manusia bisa terabaikan.
- Kepercayaan sistem: Karena medium yang digunakan adalah teknologi, maka variabel seperti keamanan, transparansi, dan reputasi sistem menjadi sangat penting.
- Literasi komunikasi digital: Generasi muda mungkin cepat mengadopsi teknologi, tetapi pemahaman atas konsekuensi komunikasi digital data, privasi, identitas penting untuk menjaga kualitas transaksi dan interaksi ekonomi.
Bagi pelaku bisnis, institusi keuangan, dan pembuat kebijakan, penting memahami bahwa QRIS dan e‑wallet bukan hanya solusi teknis, tetapi medium komunikasi yang membawa nilai dan membentuk identitas publik. Strategi komunikasi harus mencakup elemen manusiawi: edukasi, keamanan, transparansi.
Generasi QRIS adalah generasi yang mewakili transformasi gaya hidup digital dan pola komunikasi ekonomi baru. Mereka memindai kode bukan hanya untuk membayar, tetapi juga untuk berinteraksi dalam dunia yang semakin terhubung.
Namun, keberhasilan komunikasi ekonomi digital bukan hanya tentang seberapa banyak orang menggunakan QRIS, tetapi seberapa dalam makna dan kepercayaan yang terbentuk di dalamnya. Teknologi hanyalah medium; manusia yang memberi makna.
Dalam perspektif ilmu komunikasi, tugas kita adalah memastikan bahwa di tengah kecepatan, efisiensi, dan kemudahan transaksi digital, nilai‑nilai seperti kepercayaan, identitas, relasi dan makna tidak hilang. Karena pada akhirnya, transaksi yang berarti adalah transaksi yang menyatukan bukan hanya dalam angka, tetapi dalam hubungan.
Sumber:
Antara News. “BI sebut Gen Z penopang akselerasi perkembangan QRIS.” 2025.
Jawa Pos. “Digitalisasi Keuangan Terus Berkembang, BI: Generasi Muda Jadi Motor Utama Adopsi QRIS.” 2025.
Jurnal JISE. “Analisis Keputusan Gen Z dalam Menggunakan QRIS Sebagai Alat Pembayaran Digital.” 2024.
Oleh: Silvi Aris Arlinda, S.I.Kom., M.I.Kom
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Slamet Riyadi
