DARMA (MASS) – Doa bersama mengenang mendiang alm H Aang Hamid Suganda, dilakukan di Desa Bakom Kecamatan Darma, Rabu (29/6/2022) malam tadi.
Kegiatan yang digagas anggota DPRD Deki Zaenal Mutaqin (F. Gerindra – Dapil 5) ini, diikuti begitu banyak masyarakat. Nampak hadir pula, tokoh masyarakat setempat, baik itu unsur pemerintahan desa setempat maupun tokoh agama.
Nampak juga hadir di tengah-tengah kegiatan, putra bungsu H Aang, yang juga Wakil Bupati Kuningan M Ridho Suganda.
Selain mendokan mantan Bupati Aang, kegiatan itu juga digunakan untuk mengenang setahunnya ulama kenamaan KH Maimun Zubair, mbah Moen.
Sementara, Deki Zaenal Mutaqin, dalam sambutannya mengatakan bahwa acaranya ini merupakan bentuk inisiatif, dan penghargaan.
“Awitnamah (awalna) Pak Wabup oge teu terangeun acara ieu (tidak tahu ada acara ini),” ucap Deki dalam bahasa Sunda.
Deki, banyak bercerita soal Aang sewaktu menjabat sebagai Bupati, dan dirinya sebagai aktivis yang sering demo.
Kata Deki, Almarhum Aang, memang dikenal baik atas pembangunan yang masif hingga dikenal sebagai Aang Hotmix, Bapak Pembangunan. Selama tahun 2003-2013, jalan-jalan sangat bagus.
Meski begitu, lanjut Deki, Aang dengan segala prestasinya itu tidak anti dan benci pada yang mengkritisi pemerintahannya. Deki mengaku, secara pribadi sering diajak ngobrol setelah mengkritisi, dan tidak menampakkan kebencian.
Bahkan, jika ada masukan yang membangun yang baik, sering diakomodir Aang sewaktu menjabat. Bukan hanya akomodir, bahkan juga dilakukan.
“Yuswa mah teu tyasa diintervensi teu aya nu tyasa mengganggu gugat. Urang oge bakal, kantun ngantos (umur tidak bisa diintervensi dan diganggu, semua akan mati, tinggal nunggu),” sebutnya.
Di akhir, M Ridho Suganda juga menceritakan banyak tentang Aang dari hal yang lebih intim sebagai keluarga. Sebagai anak dan bapak.
Edo, sapaan akrabnya, menceritakan banyak hal tentang pendidikan yang diterimanya dari sang ayah. Dirinya mengaku, sejak kecil juatru jarang dipuji dan dimanjakan.
Karenanya, dirinya banyak usah akeras untuk lebih pintar agar dapat pujian sang ayah. Dan itu yang memacunya untuk terus lebih baik.
Begitupun soal keinginannya terhadap sesuatu. Sang ayah, yang punya kekuasaan justru tak serta merta memberinya banyak hal. Edo harus menekan diri untuk kerja keras dan mendapat kepercayaan.
“Ternyata, tidak semudah itu jadi anak H Aang Hamid Suganda,” ucapnya mengenang mendiang sang ayah.
Edo juga menceritakan perjalanan politiknya yang kadang banyak disalah artikan orang sebagai pemberian mendiang ayah dan ibunya.
Padahal, lanjut Edo, dirinya memang sejak dulu hobi untuk berbaur dan membantu masyarakat. Namun, saat ayah atau ibunya berkuasa, Edo memilih tidak “ngarirweh” pekerjaan orang tuanya.
“Dikirana jadi anak bupati teh, bisa ngatur-ngatur proyek. Tapi alhamdulillah, saya sekitipun tidak menikmati (proyek) APBD saat menjadi anak Bupati. Lamun nyaah ka kolot, ulah neangan duit di Kuningan,” ucapnya sambil menirukan pepatah sang ayah.
Di akhir, Edo juga mengatakan sekali lagi soal jadi anak kedua figur besar. Orang tua yang jadi Bupati, tentu akan selalu jadi ingatan dan perbandingan untuk dirinya.
Karenanya, Edo memita bantuannya pada seluruh masyarakat untuk terus membantunya, mengingatkan jika ada yang belum tersentuh kebijakannya.
“Mari bersama-sama menjadikan diri kita bermanfaat untuk membangun Kabupaten Kuningan, karena banyak yang ditinggalkan beliau (Alm Aang) dan belum dilanjutkan,” ajaknya di akhir sambil kembali mengenang sang ayah. (eki/deden)
Tonton : https://youtu.be/UXByoWqd2Ew