KUNINGAN (MASS) – Kemunculan Deki Zaenal Mutaqin di kancah pilkada memicu gairah tersendiri bagi Gerindra. Partai yang sebelumnya sepi baliho ditengah menghangatnya suhu pilkada, kini mulai dinamis.
Alat peraga sosialisasi bergambar Prabowo dan logo Garuda, kini mulai marak di jalanan. Dengan tampilan kalem di spanduk, Deki mengucapkan selamat tahun baru Islam 1 Muharam 1446 H kepada seluruh masyarakat Kuningan.
Bukan hanya ucapan tahun baru, baliho dengan tagline khas Deki, sudah tersebar hingga ke sudut kabupaten. Ia mengusung KAMUNING, akronim dari Kuningan Agamis, Mandiri, Unggul, Inovatif, Ngaraksa.
Pengamat Politik, Hukum dan Pemerintahan, Abdul Haris SH menegaskan, Gerindra merupakan partai pemenang pilpres dimana tokoh sentralnya, Prabowo Subianto, akan dilantik jadi Presiden RI.
“Maka ironis kalau Gerindra di Kuningan sepi-sepi aja dalam menghadapi hajat besar pilkada ini. Meski hanya 6 kursi, masa sih partai yang punya presiden, sepi,” ujar Haris, Sabtu (13/7/2024).
Dengan munculnya Deki, menurut Haris, itu memicu gairah baru bagi partai tersebut. Kini para kader Gerindra menggeliat dan seolah punya harapan baru untuk Kuningan. Termasuk para kader sayap partai yaitu Satria.
“Karena memang Bung Deki ini sosok yang sudah tidak asing. Apalagi di dunia pergerakan. Saya tau betul sepak terjang dan rekam jejak Bung Deki ini. Saya sangat mengenalnya,” ucap Haris.
Diakuinya, Deki merupakan seorang aktivis yang konsisten dengan pemikirannya. Ia selalu gelisah ketika melihat keadaan yang tidak normal. Sewaktu masih parlemen jalanan, ia kerap turun ke jalan dalam upaya berjuang untuk mengembalikan ketidaknormalan tersebut.
“Nah ketika perjuangannya di parlemen jalanan dinilai belum optimal, Bung Deki ini mencoba untuk masuk parlemen daerah guna mengungkap keborokan apa yang terjadi di pemerintah. Dan akhirnya perjuangannya berhasil. Ia duduk jadi anggota dewan,” tutur Haris.
Di parlemen daerah, lanjut Haris, Deki betul-betul memberikan warna baru. DPRD yang selama ini terkesan hanya stempel eksekutif, jadi dinamis. Bukan hanya sekadar cuap-cuap di media, Deki kerap menjadi trigger aksi di dalam sistem yang bertujuan agar kebijakan pemerintah tetap waras.
“Kita masih ingat gimana Pansus ‘Gagal Bayar’ terbentuk hingga membuat eksekutif kalang kabut. Lalu, gimana ada aksi lempar mik dan banting meja yang dilakukan Fraksi Gerindra, yang membuat dinamika parlemen begitu terasa,” ceritanya.
Selain itu, imbuh Haris, belum lama ini pada saat politisi lain “anteng” dengan urusannya masing-masing, Deki memberikan kepedulian kepada para pedagang kaki lima yang “terusir” dari Jalan Siliwangi dan Tamkot.
Haris mengungkapkan, ia mengenal betul siapa Deki. Sejak masih di dunia pergerakan, dirinya kerap dijadikan teman sharing oleh Deki sekaligus mentor. Dengan potensi yang Deki miliki, Haris dengan tanpa pamrih ikut mengarahkannya agar tidak salah jalan.
“Meski begitu, Bung Deki ini punya etika. Meski sudah jadi anggota dewan, ia tidak lupa kepada orang-orang yang telah ikut membentuk karakternya,” ungkap Haris.
Ketika di Gerindra punya beberapa bakal calon, termasuk Deki, hal itu menurut Haris justru tercipta iklim politik yang sehat. Kader internal maupun eksternal, bagi dia tak jadi soal. Karena pada akhirnya keputusan berada di DPP Gerindra.
“Yang jelas, saya menilai sosok Deki ini ideal. Kalau dipadukan antara pengalamannya di parlemen jalanan dan parlemen daerah maka kini sudah saatnya menjadi pimpinan di eksekutif yang diyakini akan mampu membawa perubahan lebih baik,” pungkas Haris. (deden)