KUNINGAN (MASS) – Dari spiritualitas menjadi aktivitas ekonomi, dari sunyi doa menjadi riuh pengunjung. Ziarah makam kini tak hanya bicara soal keberkahan, tapi juga peluang. Dalam perbincangan hangat di podcast Kuningan Mass, terungkap bagaimana tradisi ziarah tumbuh menjadi sektor wisata yang menghidupi banyak kalangan.
Tradisi ziarah ke makam tokoh agama di Indonesia tak lagi sekadar urusan spiritual. Kini, banyak situs ziarah berkembang menjadi pusat keramaian ekonomi, mulai dari sektor kuliner, penginapan, hingga oleh-oleh khas. Hal itu diungkap Kasubdit Bina Keagamaan Islam dan Penanganan Konflik Kementerian Agama RI, Dedi Slamet Riyadi, dalam podcast Kuningan Mass yang tayang Kamis (12/6/2025).
“Kalau ziarah dimaknai secara tulus, untuk mengenang perjuangan tokoh agama dan memperkuat spiritualitas, tentu sangat baik. Tapi tidak bisa dimungkiri, ada aspek ekonomi yang tumbuh dari situ,” ujarnya.
Ia menjelaskan, perkembangan ini wajar mengingat banyaknya peziarah yang datang membawa dampak langsung bagi perekonomian sekitar. Warung makan, toko cendera mata, hingga jasa transportasi lokal turut merasakan manfaatnya. Bahkan, menurut Dedi, kondisi ini tak ubahnya seperti sektor umrah dan haji di Arab Saudi yang juga menjadi tulang punggung ekonomi nasional mereka.
Namun, pertanyaan muncul saat makam mulai didekorasi megah, dikultuskan, atau dikaitkan dengan simbol-simbol spiritual. Menanggapi hal tersebut, Dedi menyarankan masyarakat tetap kritis dan proporsional dalam memaknai ziarah.
“Selama tidak ada praktik meminta kepada orang yang sudah wafat, dan ziarahnya dilandasi niat baik, itu sah-sah saja. Tapi jika sudah mengarah pada permintaan barokah dengan keyakinan berlebih, itu bisa menggeser nilai inti ziarah,” jelasnya.
Dedi menekankan, di tengah masyarakat yang religius seperti Indonesia, nilai-nilai spiritual sering berpadu dengan ekspresi budaya lokal. Fenomena itu, menurutnya, menunjukkan betapa kuatnya peran agama dalam membentuk karakter sosial sekaligus ekonomi masyarakat.
“Religiositas masyarakat kita tinggi. Tapi tantangannya ke depan adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara nilai ibadah dan dinamika ekonomi yang menyertainya,” ujarnya.
Ia juga mengajak agar tradisi ziarah tidak sekadar dilihat sebagai ritual pribadi, tapi juga sebagai kekayaan budaya yang bisa dikelola untuk mendukung potensi wisata daerah.
“Kalau di Kuningan ada makam tokoh agama yang bisa dikembangkan jadi destinasi religi, kenapa tidak? Asalkan tetap menjunjung nilai-nilai kesopanan dan tidak melanggar akidah,” tutupnya. (argi)
Selengkapnya, yuk tonton videonya di bawah ini :