KUNINGAN (MASS) – Kedatangan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi atau yang akrab disapa Kang Dedi Mulyadi (KDM) ke Kabupaten Kuningan, direspon beragam oleh unsur masyarakat.
Ada warga yang meminta tolong, juga ada yang menyampaikan kritik, terutama dari kalangan insan media. Baik permintaan tolong maupun kritik, disampaikan dalam spanduk.
Warga Kelurahan Awirarangan misalnya, yang sempat menolak eksekusi lahan oleh PN Kuningan lantaran utang ke PNM Ulam dan sudah dilelang.
Ia meminta tolong, sebab merasa tanahnya “dirampas” mafia tanah. Selain menganggap janggal dalam prosesnya, harga yang dilempar ke lelang dan yang dapet lelang juga tak wajar untuk tanah dan 3 bangunan.
Aziz, keluarga yang tanahnya dilelang, berharap betul Gubernur Jawa Barat yang datang ke Kuningan, bisa turun tangan dalam kasusnya tersebut.
“Harapana Pak Gubernur tiasa turun tangan agar kami mendapat keadilan,” kata Aziz.
Ia juga mengaku sangat ingin bertemu langsung KDM untuk menyampaikan secara langsung keluhannya.
Seperti diketahui, dalam berita sebelumnya Aziz menaksir sertifikat yang diagunkan senilai hampir Rp 1 Milyar, namun dilelang dengan harga Rp 200 juta dan didapatkan Rp 201 juta.
Sementara, kritik ke Dedi Mulyadi datang dari unsur insan media. Dedi yang sempat disindir sebagai Gubernur Konten itu, disampaikan insan jurnalis karnea bentuk kekecewaan dari dunia jurnalis dengan statmen gubernur yang yang dianggap “mengecilkan” peran media, cukup dengan media dia saja, dan media lain bisa mengutip.
“Keberadaan kami sebagai insan pers berarti tidak dianggap, saya berharap pak gubernur bisa lebih bijak mengeluarkan statmen, dan insan pers hargai,” kata Ali.
Padahal, lanjutnya media bagian dari 4 pilar kebangsaan, apapun medianya adalah corong bagi masyarakat, terlepas saat ini ada media sosial itu hanya bisa jadi milik pribadi, berbeda dengan produk media atau jurnalis, semua ada pertanggungjawabannya.
“Jangan sampai kalimat yang disampaikan ke Medsos malah menyakiti teman – teman kita jurnalis maupun profesi yang lain,” ujar Ali.
Terlepas adanya efisiensi, Ali menyebutkan bahwa memang situasi negara saat ini sedang tidak baik – baik saja, dan semua merasakan.
“Kita juga ikut perih dengan adanya efisiensi, tapi jangan sampai disakiti. Kalau memang efisiensi semua merasakan jangan hanya masyarakat saja yang merasakan tapi pejabat tidak,” ungkap Ali. (eki)