KUNINGAN (MASS) – Aliansi Masyarakat dan Pemuda Cengal menggelar demonstrasi di depan Balai Desa Cengal, Kecamatan Japara, Senin (8/9/2025). Aksi ini menuntut transparansi pengelolaan dana desa serta program kerja Pemerintah Desa (Pemdes), termasuk akuntabilitas Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Aksi dimulai sejak pukul 14.00 WIB dan berlangsung hingga malam hari. Suasana aksi juga sempat memanas, terutama saat massa meminta akses terhadap sejumlah data, termasuk draft LPG BUMDes dan dokumen ketahanan pangan.
Ketegangan mencuat ketika pihak Pemdes bersikeras menolak menunjukkan data yang diminta. Aksi akhirnya dimediasi oleh Kapolsek, Danramil, dan Camat Japara. Setelah melalui perdebatan panjang, Pemdes bersedia menyerahkan draft SPJ BUMDes tahun 2020 hingga 2025, namun dengan syarat dokumen ditandatangani di atas materai oleh BPD, korlap, BUMDes, dan Kepala Desa.
Koordinator aksi, Eman Karman, menyebut banyak hal yang masih ditutup-tutupi oleh pemerintah desa. Ia menyayangkan sikap Pemdes yang dinilainya tidak kooperatif di awal dan terkesan menutupi informasi dari masyarakat.
“Kami datang dari jam 2 siang sampai jam 7 malam baru ada hasil. Sangat disayangkan informasi untuk masyarakat justru ditutup-tutupi. Pemerintah desa seperti ketakutan menghadapi warganya sendiri,” ujar Eman.
Eman menjelaskan bahwa fokus awal aksi bukan pada BUMDes, namun justru muncul kecurigaan ketika pembahasan terkait program ketahanan pangan yang melibatkan BUMDes.
“Tadinya kami tidak menyoroti BUMDes. Tapi saat kami bahas ketahanan pangan, justru muncul ketakutan dari mereka. Itu yang memunculkan kecurigaan kami,” lanjutnya.
Meskipun akhirnya massa aksi memperoleh draft SPJ BUMDes, ia menegaskan bahwa perjuangan tidak berhenti di situ. Pihaknya akan mengkaji dokumen tersebut dan menindaklanjuti jika ditemukan kejanggalan.
“Kami cukup puas dengan hasil sementara ini, tapi kami tidak akan berhenti. Kami akan kaji secara mendalam. Jika ada kejanggalan, kami tidak menutup kemungkinan akan menggelar aksi lagi,” tegasnya.
Ia juga menyinggung minimnya perhatian Pemdes terhadap pemuda dan masyarakat desa.
“Sangat disayangkan, perhatian terhadap kepemudaan sangat minim. Kami lahir dan besar di Desa Cengal, tapi justru merasa asing di negeri sendiri,” tutup Eman. (didin)