KUNINGAN (MASS) – Salah seorang warga Kelurahan Cipari Kecamatan Cigugur, Felany mengiyakan apa yang diungkapkan warga Cirendang, Erwin Setiadi. Dia pun mengeluhkan hal yang sama terkait pelayanan e-KTP yang dinilainya perlu dievaluasi.
“Saya juga gregetan kepada pelayanan dan sistem nomor antrian. Nomor antrian itu ngambilnya ke tukang parkir, bukan ngambil sendiri sekarang mah,” tuturnya kepada kuninganmass.com, Jumat (29/12/2017) malam.
Felany menceritakan, Kamis kemarin dirinya hendak membuat KTP. Karena tahu ngantri, ia mencoba datang pukul 05.30 WIB. Tapi ternyata nomor antrian yang diperolehnya nomor 62. Padahal pagi itu belum ada siapa-siapa.
“Kok belum ada siapa-siapa tapi saya kebagian nomor 62. Lalu nomor 60 ke bawah dikemanakan?. Wah saya jadi curiga waktu itu. Kenapa juga nomor antrian dipegangnya sama juru parkir, padahal sudah elektrik,” ungkapnya heran.
Meski harus datang subuh dan mendapatkan nomor antrian 62, Felany bersabar. Pasalnya, untuk jarak Cipari-Ancaran dinilainya masih relatif dekat. Namun ia merasa kasihan kepada para pembuat KTP yang rumahnya di pinggiran.
“Masih mending urang mah deket. Palebah nu jauh lembur pasisian, karunya pan. Aya nu geus sataun lebih teu jadi keneh bae,” ketusnya menggunakan Bahasa Sunda.
Felany mengaku tak ada biaya dalam pembuatan e-KTP. Namun pihaknya tidak habis pikir kenapa selalu blanko dan sistem eror yang dijadikan alasan.
“Masyarakat dituntut harus punya KTP elektronik, sedangkan masyarakat mau bikin kesulitan dan lama. Belum ngantrinya,” kata dia.
Dirinya pun merasa heran kenapa dalam pelayanan tersebut mampu mendapatkan penghargaan standar ISO. “Gimana ceritanya bisa menang ISO. Sedangkan fakta di lapangan pelayanannya seperti itu. Asa dipermainkeun ku pelayananna,” pungkas Felany.
Sementara itu, Kepala Disdukcapil H KMS Zulkifli sedang berada di Bandung. (deden)