KUNINGAN (MASS) – Warga Kuningan mana yang tak kenal tempat ini? Dengan setumpuk mitos, dan legenda, tempat ini sangat menarik untuk menjadi salah satu tempat alternatif liburan keluarga. Seperti hari ini, seiring pergantian tahun masehi, yang dekat dan yang jauh, semua merapat. Yang muda dan yang tua, yang beruang dan yang tidak, semua mempunyai tujuan yang sama: Bahagia. Lepas dari semua kepenatan. Merefresh diri dan menjalin keakraban dengan keluarga yang selama ini terberai. Waduk Darma adalah sarana berlibur yang murah dan menyenangkan, lepas dari semua kepentingan terkait dengan tengah di revitalisasi-nya waduk ini menjadi ajang sarana wisata internasional.
Ada yang perlu dikaji dari tempat wisata ini. Meski hari ini cukup ramai menjadi tujuan wisata keluarga, namun inovasi penangananya saat ini menjadi perhatian. Sebagian warga sekitar, tidak sedikit yang bahagia dengan dibangunya waduk ini. Pemandangan yang sebelumnya hanya alakadarnya, kini tidak lagi hanya sekedar… Menyerupai area wisata berkelas tentunya akan berkali kali lipat keindahaanya. Sehingga wajar, jika warga sekitar penuh harap mempunyai kemajuan serupa dengan pembangunan tempat ini, baik secara sosial, maupun komersial. Secara sosial, warga sekitar akan banyak memiliki pola pikir baru, budaya baru, komunitas baru, dsb. Dan secara komersial, penghasilan warga -pelaku usaha di lokasi wisata- maupun warga sekitar, akan lebih baik. Seiring dengan banyaknya peluang bisnis baru dan wirausaha baru bagi UKM, termasuk lowongan kerja yang bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar.
Konon, dari 90 milyar rencana anggaran, 8 milyar sudah terpakai untuk pembangunan tahap pertama, tak heran jika keadaanya kini berubah drastis. Namun dibalik keindahanya, tidak sedikit juga yang mempertanyakan, “mau dibawa kemana pembangunan ini.” Secara sosiologis daerah Darma terkenal dengan masyarakatnya yang religius. Maka, wajar saja jika keberadaan wisata yang tengah digarap sebagai destinasi wisata internasional ini dikhawatirkan akan mengganggu ketentraman beribadah warga sekitar.
Praduga yang tak bisa disalahkan juga jika sebagian masyarakat Darma mengkhawatirkan akan adanya link-link pornografi, prostitusi, bahkan mungkin jual beli barang haram semacam narkoba dan sejenisnya, sebagai konsekwensi datangnya pengunjung yang kian beragam.
Tidak heran jika ada sebagian warga sekitar yang sampai saat ini masih melakukan audiensi dengan pemerintah, meminta kejelasan terkait kebijakan yang kelak akan dikeluarkan: Pro atau tidak terhadap rakyat.
Patut kita apresiasi kiranya perjuangan ini, minimal akan ada balancing- penyeimbang dari berbagai pihak untuk tetap menjaga kenyamanan dan ketertiban kehidupan masyarakat di sekitat Waduk Darma. Tidak saja dari aspek agama, namun sosial dan budaya.
Akan selalu ada resiko untuk sebuah perubahan. Semoga saja pembangunan Waduk Darma yang diharapkan dapat memberi dampak kemajuan bukan saja bagi pemerintah Kuningan, atau Propinsi Jawa Barat. Namun, tak kalah penting dan yang paling penting adalah warga sekitar Waduk Darma tetap menjadi prioritas. Mari kita berkaca pada pengalaman sebelumnya. Tidak sedikit, yang akhirnya pribumi menjadi pembantu di rumah sendiri. Kalaulah hal demikian terjadi lagi, maka kami sebagai orang yang bertempat tinggal tepat di sekitar Waduk Darma ini, mohon izin untuk berteriak : Waduk ini sekarang milik siapa?!
Penulis: Meli Pemilia (Warga Desa Cikupa – Darma)