KUNINGAN (MASS) – Tempat relokasi sementara yang kini sedang dibangun, diprotes sejumlah penghuni Pasar Kepuh. Terutama dalam penentuan calon penempat kios sementara tersebut.
Selasa (19/9/2017), rasa was-was muncul dari kalangan pedagang, khususnya penghuni blok E, F dan R Pasar Kepuh. Mereka melihat kios sementara yang nyaris rampung itu telah dinamai oleh calon penempatnya.
“Kok asal milih saja. Padahal mestinya sesuai dengan nomor. Misal saya nomor 4 di kios ini. Di kios sementara juga nomor 4. Ini mah tiap pedagang milih sendiri,” kata Ny Lilis, pemilik Salon di Blok E.
Mulanya Lilis termasuk salah seorang yang menolak revitalisasi Pasar Kepuh. Ia mau menerima dengan syarat, lokasi baru nanti tetap sama dengan ukuran yang sama pula.
Sedangkan untuk relokasi ke tempat sementara, diakuinya tanpa pungutan biaya. Hanya saja Lilis merasa tetap dirugikan.
“Anggeur dirugikeun, pundah-pindah. Acan ongkosna, acan pikiranna. Padahal di sertifikat itu, saya punya hak pakai sampai 2033, 16 tahun lagi,” ungkapnya menggunakan Bahasa Sunda campur Bahasa Indonesia.
Belum lagi, sambung Lilis, masalah penentuan kios sementara yang milih sendiri. Kepada siapapun yang merasa peduli rakyat kecil dia meminta agar ada ketegasan dalam pengaturan kios sementara dengan memperhatikan asas keadilan.
“Tempatkan sesuai nomor masing-masing, jangan milih sendiri. Kalau begitu kan yang enak enak, yang enggak enggak. Tolong harus tegas,” pintanya.
Pantauan kuninganmass.com Selasa (19/9/2017), sejumlah pekerja masih membangun deretan kios dan los sementara. Lokasinya di sepanjang jalan Pasar Kepuh plus depan kantor Pasar Kepuh.
“Jumlahnya 200 kios dan los untuk para penghuni blok E, F dan R. Ukurannya sama 2×2 meter. Bedanya, kalau kios itu tertutup sedangkan los itu tidak,” terang Dede, pelaksana pembangun tempat sementara.
Kaitan dengan protes pedagang, Dede mengaku sudah kondusif. Pihaknya akan memperhatikan asas keadilan dalam penentuan calon penempat kios sementara. (deden)
