Connect with us

Hi, what are you looking for?

Kuningan Mass

Anything

Ini Loh Petugas Parkir Paling “Kahot” di Kuningan

KUNINGAN (Mass)- Jam dinding yang terpangpang di tembok tua rumah Empu Sumardi di Desa Kertayasa Kecamatan Sidangagung  menunjukan pukul 04.00 WIB. Tanpa menunggu lama ia bergegas bangun dan langsung mengambil handuk untuk mandi.

Setelah beres mandi bergegas menuju  masjid untuk melaksanakan salat Shubuh. Usai salat berjamaah lalu minum teh hangat dan sarapan seadanya yang sudah disediakan istri tercinta.

Usai sarapan dan menggunakan “seragam”, Empu langsung bergegas ke Kecamatan Kuningan untuk menuju lokasi parkir di eks kawasan Fujasera. Ya, beginilah keseharian Empu Sumardi salah satu petugas parkir paling “kahot” di Kuningan.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Kebetulan hari Selasa (21/2/2017) merupakan jatah ia menjadi petugas parkir. Setelah ada perubahan aturan parkir motor maka diberlakuakn sistem aplusan pagi pertugas parkir yang ada di Kuningan.

Disebut paling “kahot” karena pria ini lahir pada tahun 1943 atau saat ini berusai 74 tahun. Empu sudah terjun menjadi petugas parkir sejak tahun 1978.

Ia bercerita menjadi petugas parkir ketika tarif parkir masih Rp10 untuk motor dan Rp25 untuk kendaraan mobil. Ayah lima orang anak itu mengaku merupakan petugas parkir  generasi pertama yang ada di kota kua.

Advertisement. Scroll to continue reading.

“Seingat saya generasi pertama  petugas parkir di Kuningan cuma ada dua yang masih bertahan, yang lain sudah banyak meninggal,” ucap Empu mengawali  cerita kepada kuninganmass.com usai salat dzuhur di Masjid Syairul Islam Kuningan.

Selama 39 tahun menggeluti profesi ini banyak suka duka yang dihadapi. Namun, karena sudah mencintai maka bisa bertahan hingga saat ini.

Menurut dia, apabila dibandikan antar petugas parkir dulu dan sekarang, tentu lebih sejahtera sekarang, karena jumlah kendaraan lebih banyak.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Bukan itu saja terkadang pengendara yang berjiwa baik selalu memberi nilai lebih ketika membayar tarif. Pada tahun 1978 jarang yang melakukan hal itu.

“Dulu mah menjadi petugas parkir profesi yang cukup sulit. Karena tidak punya keahlian lain maka saya geluti profesi ini,” ujar dia.

Dengan perjuangan panjang dan penuh kesabaran ternyata membuatnya bisa membiayi lima anak beserta istri. Meski pas-pasan Empu tidak pernah menyerah. Ia melakukan apa saja yang terpenting halal demi anak-anak.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Kini, disaat usianya semakin renta Empu mencoba bertahan.  Karena sudah tua  ia sekarang bekerja hanya dua hari sekali.

Dengan penghasilan Rp50 ribu sekali kerja maka mau tidak mau harus cukup selama dua hari. Meski tidak memiliki sawah namun selalu memelihara hewan ternak dan budidaya ikan sehingga tidak pernah sampai kelaparan.

Dikatakan, selama diberikan kesehatan oleh Allah SWT maka akan menggeluti profesi ini. Meski sudah tua namun selama ini kondisi badan sehat. Begitu juga penglihatan masih jelas.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Kendati sebagai petugas parkir generasi pertama. Namun,  Empu tidak ingin dianggap paling tua. Bagi dia, ketika berkerja di lapangan semua sama sebagai petugas parkir.

“Saya selalu berdoa profesi ini semakin sejahtera ke depannya. Pasalnya, kendaraan bertambah maka harus berbanding lurus,” ucapnya. (agus)

Advertisement. Scroll to continue reading.
Advertisement
Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement

You May Also Like

Advertisement