Connect with us

Hi, what are you looking for?

Netizen Mass

Tuduhan Makar: Cara Lama Membungkam Masyarakat Kritis

KUNINGAN (Mass) – Untuk kesekian kalinya. Para aktivis yang kritis langsung ditangkap dengan tuduhan makar. Mereka merupakan para eksponen demontran yang resah dengan kondisi negara. Seperti dalam kasus Ahok. Eskalasi demonstrasi dalam penyikapan kasus penodaan agama oleh Ahok semakin meningkat. Hampir tiap demo, (di luar masyarakat DKI sendiri), gelombang demonstran luar DKI Jakarta kian menguat. Mereka yang tidak ada kepentingan pilkada DKI berdatangan. Tuntutan mereka hanya satu, tegakkan hukum secara adil bagi ahok.

Tetapi. Diluar dugaan. Demontrasi itu disambut dengan penangkapan sejumlah tokoh. Sebut saja, mantan Kepala Staf Kostrad Mayjen (Purn) Kivlan Zen, eks Staf Ahli Panglima TNI Brigadir Jenderal (Purn) Adityawarman Thaha, Firza Husein, Ratna Sarumpaet, Rachmawati Soekarnoputri, Eko dan terakhir sekjen FUI, Muhammad al-Khathath masih ditahan. Sebagian dari mereka ditahan dengan tuduhan makar. Yang kemudian dibebaskan.

PP Pemuda PUI melalui Ketua Umum Raizal Arifin menyayangkan penangkapan dan tuduhan makar. “Demontrasi itu bukan makar. Bagaimana bisa disebut maka, mereka bukan aliansi radikal yang berkelompok membentuk kelompok penjatuhan pemerintah. Makar itu harus ada kolaborasi dengan kekuatan lain. Lah, ini menyuarakan keadilan. Bukan meminta pemerintahan. Lihat Kendeng. Sampai ada yang meninggal, kebijakan tetap. Tidak berubah,” kata Raizal.

Raizal pun menambahkan, “Gelombang demontrasi yang semakin menguat, seharusnya pemerintah instrospeksi diri. Sejauh mana sikap dan kebijakan itu menyumbat demokrasi. Bagaimana hukum bisa tegak diatas segala-galanya. Tanpa pandang bulu. Dan tidak mengistimewakan seorang tersangka. Jangan sampai hanya gara-gara seseorang, negara seperti limbung. Sibuk membendung arus masyarakat sipil yang menghendaki keadilan”.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Sekretaris Jenderal PP Pemuda PUI, Kana Kurniawan mewanti-wanti. “Jika model pembungkaman masyarakat kritis terus dilakukan dengan cara ini. Apa bedanya dengan era orde baru. Bagaimana kita akan maju jika selalu curiga dengan masyarakat. Model ini akan memunculkan gelombang besar dari masyarakat. Ingat loh, rakyat itu punya kuasa. Punya kekuatan yang melebihi masa kekuasaan pemerintah” tegas Kana.***

Penulis: Raizal Arifin, S.S. (Ketua PP Pemuda PUI) dan Kana Kurniawan, M.A.Hk. (Sekjen)

Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Headline

KUNINGAN (MASS) – Tindakan biadab dan keji pada masa aksi bela Palestina di Kota Bitung, Sulawesi Utara oleh oknum Ormas pada Sabtu (25/11/2023) sore....

Headline

JAKARTA (MASS) – Pengurus Pusat (PP) Pemuda PUI (Persatuan Umat Islam) menegaskan pihaknya menolak keras wacana pertemuan aktivis LGBT mancanegara yang akan digelar di...

Incident

KUNINGAN (Mass) – Aksi yang dilancarkan Elemen Muslim se Kuningan ba’da Jumatan (12/5/2017) di halaman Pengadilan Negeri Kuningan, terbilang menarik. Mereka menyerahkan tumpeng kepada...

Anything

KUNINGAN (Mass) – Tanpa keadilan hukum dalam kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok, diyakini akan menimbulkan gejolak sosial yang lebih luas. Kasus ini telah...

Anything

KUNINGAN (Mass) – Begitu banyak elemen masyarakat yang merasa kehilangan atas wafatnya KH Hasyim Muzadi. Tak terkecuali Pemuda PUI. Mereka menilai almarhum merupakan sosok...

Advertisement
Exit mobile version