KUNINGAN (MASS)— Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Kuningan, Yaya, S.E., mengungkapkan keprihatinannya atas kondisi kemiskinan di Kabupaten Kuningan yang dinilai semakin parah. Meskipun angka kemiskinan ekstrem mengalami penurunan, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa tingkat keparahan dan kedalaman kemiskinan meningkat menjadi 2,02 persen.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam podcast Kuningan Mass yang tayang pada Selasa (8/7/2025). Yaya menegaskan, persentase angka kemiskinan secara keseluruhan di Kuningan saat ini mencapai 11,88%, atau setara dengan 131.830 jiwa dari total penduduk.
“Yang saya soroti bukan sekadar jumlah penduduk miskin, tetapi kedalaman dan keparahan kemiskinan yang kian memburuk. Artinya, semakin banyak warga yang hidup jauh di bawah garis kemiskinan sebesar Rp420.000 per orang per bulan,” jelasnya.
Yaya menekankan, situasi ini menuntut perhatian serius pemerintah daerah. Menurutnya, indikator keberhasilan pembangunan tidak cukup hanya melihat angka statistik penurunan kemiskinan ekstrem, tetapi harus mencerminkan peningkatan kualitas hidup masyarakat miskin secara menyeluruh.
Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2025–2029, Pemerintah Kabupaten Kuningan menargetkan penurunan angka kemiskinan dari 11,8% menjadi 8,2%. Namun, Yaya mengingatkan, pencapaian target tersebut tidak akan tercapai tanpa intervensi anggaran dan kebijakan yang tepat.
“Kalau APBD kita tidak menyasar langsung pada akar permasalahan, target dalam RPJMD hanya akan jadi dokumen formalitas,” tegas politisi dari PKS tersebut.
Yaya juga menyinggung, intervensi terhadap sektor pendidikan dan kesehatan menjadi kunci jangka panjang dalam pengentasan kemiskinan. Ia mendorong agar alokasi anggaran diarahkan pada perbaikan sarana pendidikan dan pelayanan kesehatan, terutama bagi kelompok masyarakat miskin.
Menurut Yaya, kondisi masyarakat miskin di lapangan semakin mengkhawatirkan. Banyak di antaranya yang hanya makan sekali sehari dan kesulitan mengakses layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan.
“Mereka bangun pagi bukan untuk berprestasi, tapi untuk bertahan hidup,” ucap Yaya dengan nada prihatin. (argi)
Selengkapnya, tonton video di bawah ini :