KUNINGAN (MASS) – Setiap daerah memiliki sejarah. Bahkan, biasanya setiap nama daerah, memiliki sejarahnya tersendiri. Begitu juga dengan Desa Cikupa Kecamatan Darma.
Menurut Kepala Desa Cikupa, Asep Surahman S Kom, Cikupa sendiri dari sejarah yang beredar merupakan semacam akronim dari Cai (air) dan Kupa.
“Dulu sih katanya ya, di mata air itu ada pohon kupa nya,” ujarnya saat ditemui di kantornya selepas kegiatan, Senin (2/12/2019) siang.
Dari penuturannya, saat ini pohon kupa, atau di daerah lain dikenal sebagai kepa, gowok, sudah jarang ditemui.
“Sekarang mah, di mata airnya juga tinggal beringin aja, tapi itu beringin juga pohon lama sejak dulu,” tambahnya.
Menurut sarjana lulusan Uiniku tersebut, mata air yang disebutnya itu masih terjaga dan bisa dilihat langsung di salah satu bloknya.
“Di sana, di (Blok) kramat. Nah Kramat itu juga, dulu namanya lewi pendey,” terangnya.
Menurutnya, Lewipendey berasal dari dua frasa kata, lewi yakni sungai yang tenang, sedang panday karena penghuninya orang-orang pintar dan alim.
“Sekarang kan di sana banyak tokoh-tokoh dimakamkan di sana, jadi orang-orang mulai menyebut daerah tersebut daerah kramat,” paparnya.
Desa Cikupa sendiri, dari penjelasan Kades mengacu pada RPJMDes, lahir pada tahun 1918. Dan pada tahun 1956, desa tersebut mengalami pemekaran, yakni Parung dan Kawahmanuk.
“Sampai saat ini, Desa sudah berganti kepemimpinan baru 12 kali. Saya yang ke 12,” pungkasnya. (eki)