Connect with us

Hi, what are you looking for?

Netizen Mass

Tantangan Ageing Population Indonesia

KUNINGAN (MASS) – Beberapa tahun terakhir, banyak pihak tertarik membahas tentang bonus demografi Indonesia. Mengapa dibahas dan apa yang menarik dari topik ini? Karena Indonesia saat ini sedang memasuki “Bonus Demografi,” yang merupakan momen berharga dalam sejarah pembangunan negara. Hal ini terjadi karena lebih dari setengah penduduk Indonesia berada dalam kelompok usia produktif, yang berpotensi untuk memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi, ketahanan sosial, dan inovasi. Dengan memanfaatkan bonus demografi melalui pendidikan, pelatihan kerja, dan penciptaan lapangan kerja, Indonesia dapat mencapai potensi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, selama langkah-langkah yang tepat diambil untuk mendukung generasi muda yang besar ini dalam mencapai potensi mereka.

Selain Bonus Demografi, ada fenomena kependudukan lainnya yang harus diperhatikan secara serius oleh bangsa Indonesia, yaitu ageing population. Istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah negara atau wilayah dengan tingkat penuaan penduduk yang sangat tinggi. Ini berarti sebagian besar penduduknya berusia diatas 65 tahun, dan jumlah orang yang lebih tua ini terus bertambah, sementara jumlah kelahiran yang rendah atau tingkat kematian yang rendah menyebabkan pertumbuhan penduduk yang lambat. Mengapa perlu diperhatikan secara serius? Karena dampak dari ageing population adalah meningkatnya tekanan pada sistem kesehatan, sosial, dan ekonomi. Perawatan kesehatan bagi penduduk yang lebih tua akan menjadi lebih penting, dan perlu ada program pensiun dan jaringan sosial yang kuat untuk mendukung generasi tua. Selain itu, akan ada peningkatan kebutuhan perawatan jangka panjang dan perumahan bagi penduduk yang lebih tua. Masalah-masalah ini menjadi semakin signifikan ketika jumlah penduduk usia produktif yang mendukung penduduk yang lebih tua menjadi lebih sedikit, yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan sistem sosial.

Contoh negara yang masuk periode ageing population, adalah negara Jepang. Dimana pada tahun 2021, penduduk manula (manusia usia lanjut) di ‘Negeri Sakura’ itu mencapai 36,27 juta jiwa, atau 29,1 persen, dari keseluruhan penduduknya. Angka ini cukup fantastis, karena menurut Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian PPN/Bappenas sebuah negara dianggap mengalami ageing population jika penduduk berusia 65 tahun keatas telah mencapai proporsi 7 persen dari total penduduk. Bagaimana dengan Indonesia?

Demografi Penduduk Indonesia
Secara umum, jumlah penduduk Indonesia makin bertambah. Namun jika diamati, laju pertumbuhan penduduk semakin melambat. Hal ini terlihat dengan membandingkan data jumlah penduduk pada tahun 1961 sebanyak 97 juta jiwa, naik tiga kali lipat pada tahun 2020 menjadi 270 juta jiwa. Dilihat dari laju pertumbuhan penduduk, pada tahun 1971 sebesar 2,31 persen turun menjadi 1,25 persen di tahun 2022.

Perlambatan laju pertumbuhan penduduk menjadi indikator berhasilnya salah satu program pemerintah, yaitu program Keluarga Berencana (KB). Hal ini terlihat dari angka kelahiran (Total Fertility Rate/TFR) yang mencapai angka 2,18 pada tahun 2020, jauh dibandingkan 30 tahun lalu yang berada di angka 3,33. Artinya, di tahun 2020 perempuan melahirkan sebanyak 2 anak dalam masa reproduksinya, sedang sebelumnya melahirkan sebanyak 3 anak.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Selain perlambatan laju pertumbuhan penduduk, Indonesia juga mengalami perlambatan angka kematian bayi (Infant Mortality Rate/IMR). Kedua hal ini menandakan Indonesia berada pada tahap transisi demografi ketiga.

Implikasi lain dari perlambatan angka kelahiran adalah meningkatnya kualitas hidup penduduk. Dimana pelaksanaan program KB membuat kehidupan penduduk lebih terencana, baik dari sisi pendidikan, kesehatan, pendapatan dan pola konsumsinya. Dalam tiga dasawarsa terakhir, menurut data BPS angka Usia Harapan Hidup (UHH) mengalami peningkatan cukup signifikan, yaitu pada tahun 1971 sebesar 44,20 dan pada tahun 2021 sebesar 73,37.

Dalam jangka waktu yang panjang, perlambatan angka kelahiran dan peningkatan kualitas hidup manusia akan merubah struktur penduduk Indonesia. Misalnya, dilihat dari angka kelahiran total (TFR) yang semakin menurun akan mengakibatkan jumlah anak di masa depan akan terus mengalami penurunan. Proyeksi penduduk usia anak (0-14 tahun) pada tahun 2045 akan menurun menjadi sekitar 63,54 juta orang dari sekitar 66,21 juta orang pada tahun 2020.

Contoh lain terkait perubahan struktur penduduk Indonesia adalah bonus demografi kedua, dimana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang terus meningkat dan diperkirakan mencapai puncaknya di tahun 2050. Pada periode ini, diperkirakan Indonesia menjadi salah satu negara dengan angkatan kerja terbanyak.

Era Ageing Population

Advertisement. Scroll to continue reading.

Puncak berakhirnya periode bonus demografi kedua juga berbarengan dengan dimulainya era ageing population yang tentu akan meningkatkan angka ketergantungan (dependency ratio). Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk usia tua (65 tahun keatas). Dari Hasil Sensus Penduduk tahun 2020, jumlah penduduk usia tua mencapai 26,78 juta jiwa atau 9,92 persen dari total penduduk Indonesia. Hasil Data Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2020-2050 mengindikasikan tren jumlah yang terus meningkat. Secara berturut-turut jumlah proyeksi penduduk usia tua dari tahun 2025, 2030, 2035, 2040, 2045 dan 2050 adalah 33,94 juta jiwa, 41,95 juta jiwa, 50,31 juta jiwa, 58,59 juta jiwa, 65,82 juta jiwa dan 72,03 juta jiwa. Tahun 2045, jika dipersentasekan, maka persentase penduduk usia tua sebesar 20,31 persen dari total penduduk.

Jika tidak dipersiapkan dengan matang, ageing population akan menjadi beban pemerintah dibidang kesehatan dan sosial. Selain itu ageing population juga akan meningkatkan biaya pensiun dan biaya kesehatan yang dapat mengancam stabilitas keuangan negara. Sehingga, perlu rumusan kebijakan dan program-program pendukung dalam menghadapi ageing population.

Beberapa program pemerintah yang berpihak pada penduduk tua yaitu program Posyandu Lansia (Posbindu) dan program Asistensi Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia (ATENSI-LU) yang dimulai tahun 2022. Program-program tersebut melayani edukasi dan pemeriksaan kesehatan, pelatihan ketrampilan, kegiatan sosial dan rekreasi, layanan konseling, dukungan psikososial dan rujukan. Dalam pelaksanaannya masih belum merata pemanfaatannya, sehingga perlu dievaluasi programnya agar lebih luas lagi pemanfaatannya. Perlu adanya sosialisasi program-program yang lebih gencar untuk menggerakkan kesadaran penduduk usia tua akan keberadaan program-program yang berpihak pada penduduk usia tua.

Selain program-program pemerintah yang sudah ada, penulis menyarankan perlu adanya program-program lain yang mendukung dalam menghadapi ageing population. Misalnya di bidang ketenagakerjaan, perlu adanya program pilihan perpanjangan pensiun sampai batas usia maksimal 63 tahun. Program ketenagakerjaan lainnya adalah perlu dibukanya lapangan usaha yang bersifat ringan untuk penduduk usia tua sebagai wadah aktualisasi diri.

Untuk menjaga kesinambungan kualitas kesehatan, perlu juga diadakan program olahraga untuk penduduk usia tua. Program pembentukan komunitas berdasarkan kesukaan/hobi, contohnya komunitas pecinta buku, komunitas hobi, komunitas diskusi politik, komunitas hobi beternak dan lain sebagainya. Dan yang tak kalah penting adalah program yang dapat meningkatkan kualitas iman penduduk usia tua, berupa kegiatan kerohanian yang lebih kuantitif sebagai bekal memasuki tahapan kehidupan yang abadi.***

Advertisement. Scroll to continue reading.

Penulis : Siti Anisah, S.Si (Pegawai BPS Kabupaten Kuningan)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Advertisement
Exit mobile version