KUNINGN (MASS) – KPU Kuningan mengapresiasi langkah Jamparing Research yang telah melakukan riset dan merilis hasil surveinya pada Sabtu 18 Maret 2023. Meski dibesut sejumlah peneliti muda yang notabene putra daerah, mereka cukup percaya diri mempublish hasil risetnya tentang Perilaku Pemilih Jelang Pemilu 2024 di Kabupaten Kuningan.
Demikian diungkapkan Ketua KPU Kuningan, Asep Z. Fauzi, saat dihubungi di sela kegiatan Rakor KPU se Jawa Barat di Bandung, Minggu (19/3/2023).
Menurutnya, fenomena munculnya anak-anak muda tersebut dalam aktivitas riset kepemiluan menunjukkan bahwa level kecerdasaran berdemokrasi di Kabupaten Kuningan telah mengalami peningkatan. Karena itu, tradisi ilmiah dalam kontestasi demokrasi yang salah satunya ditandai dengan munculnya lembaga riset di Kabupaten Kuningan jangan dipandang remeh.
“Harus disambut secara positif oleh semua kalangan, terutama aktor-aktor politik,” ucap Asfa panggilan sehari-hari Ketua KPU Kuningan.
Bahkan, pihaknya meyakini lebih banyak lembaga riset di Kabupaten Kuningan akan lebih baik untuk menciptakan iklim akademis yang sehat dalam Pemilu atau Pilkada.
Namun tentu saja hal tersebut harus dibarengi dengan kesiapan SDM dan perangkat yang memadai agar produk risetnya lebih komprehensip, dapat diuji secara ilmiah melalui forum diskusi serta dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.
Hanya saja, saat ditanya bagaimana responnya terhadap hasil riset yang dirilis Jamparing Research, Asfa tidak berkomentar banyak. Dia menyatakan bahwa hal tersebut bukan kompetensinya untuk menyampaika komentar.
Terlebih berkaitan partai mana yang masuk papan atas dan partai mana yang masuk papan bawah. Dia hanya mau mengomentari pada aspek substansi dari tujuan risetnya itu sendiri.
“Bagi kami semua Parpol itu sama, sama-sama calon peserta Pemilu 2024. Siapa yang menang, nanti baru diketahui setelah tanggal 14 Februari 2024. Dalam hal ini saya hanya ingin menyampaikan bahwa masyarakat perlu mendapat pendidikan politik yang cerdas dan sehat jelang Pemilu 2024. Mudah-mudahan saja kehadiran lembaga survei dapat memberikan edukasi demokrasi kepada masyarakat,” tegasnya.
Oleh karena itu, kata Asep, Jamparing Research penting menyampaikan kepada publik Kuningan bahwa popularitas dan elektabilitas itu bukan satu-satunya objek penelitian.
Tetapi ada banyak variabel lain yang menjadi konsennya sebagai lembaga riset, antara lain kelembagaan pemilu, tahapan pemilu, partai politik, parlemen/legislatif, pemerintah, dan lain-lain.
Dia berharap lembaga survei selain mengungkap persoalan popularitas dan elektabilitas parpol, juga mengungkapkan sisi lain terkait dengan pendidikan politik sehingga memberikan pembelajaran bagi masyarakat.
Mengingat selama ini lembaga survei hanya fokus mengumumkan tingkat popularitas dan elektabilitas. Padahal harus ditanya juga bagaimana keinginan pemilih agar dapat digali lebih lanjut.
“Masyarakat harus ditanya juga soal platform, visi misi, lalu tanya ingin figur yang bagaimana? Misalnya yang berintegritas, yang mampu mengatasi pengangguran, mampu berperan dalam persaingan global, atau apa saja terserah. Jadi, riset yang dilakukan dapat memberikan pendidikan politik, bukan sekadar suka tidak suka. Kenapa? supaya Pemilu 2024 tidak hanya dipahami sebagai prosedur, tapi dipahami secara substantif karena menyangkut kepentingan publik,” ujarnya. (eki/rl)