JAPARA (MASS) – Suasana Aula Kolaborasi SMKN Japara, Kamis (25/9/2025) pagi, mendadak riuh. Tepuk tangan bersahutan, diselingi sorak sorai para siswa kelas 12 yang tak henti menimpali materi dengan tawa, kagum, bahkan decak setuju. Seminar Talk Show Entrepreneurship bertajuk “Start Up Your Dream: Berani Berbisnis, Kaya Ide, Kaya Berkah” benar-benar pecah. Sejak pukul 08.00, para peserta larut dalam alur acara yang menghadirkan dua narasumber: Ustadz Hendra Karunia Agustine, Lc., M.H., dan Coach Ihsanudin, S.EI., pengusaha kuliner dengan sepuluh brand yang telah memiliki ratusan mitra.
Acara dibuka dengan sambutan KH. Imam Nur Suharno, M.Pd., Kepala Divisi Humas dan Dakwah Yayasan Husnul Khotimah. Dengan suara berapi-api, ia menekankan bahwa bisnis bukan sekadar soal keuntungan, melainkan bagian dari jihad media dan dakwah. “Pelajar hari ini tidak cukup hanya menguasai ilmu, tapi juga harus siap menjadi pelaku ekonomi yang berintegritas dan memberi manfaat luas,” ujarnya.
Asep Saepudin, M.Pd.I, selaku Plt Kepala SMK 1 Japara, menambahkan bahwa talkshow ini sejalan dengan semangat sekolah untuk menyiapkan lulusan yang siap terjun ke dunia nyata. “Kita ingin siswa punya keberanian membuka jalan sendiri, bukan hanya mencari pekerjaan, tapi menciptakan peluang,” katanya disambut tepuk tangan meriah dewan guru yang ikut duduk di barisan belakang.
Materi pertama dibawakan Ust. Hendra dengan bertanya, “Siapa di sini yang pengen kaya?” Para siswa pun antusias mengacungkan tangan. Salah satu peserta, Devi Eka Yulianti dari kelas 12 Akuntansi 1, menyampaikan alasannya ingin kaya, yaitu untuk membahagiakan orang tua dan memberangkatkan mereka naik haji.
Siswa dan siswi SMKN Japara serius asyik kala menyimak penuturan para pembicara Talkshow Entrepreneurship. (foto: dok. panitia)
Hendra juga menegaskan bahwa Islam tidak pernah melarang umatnya untuk menjadi kaya. Bahkan, banyak sahabat Nabi yang dijamin masuk surga adalah orang kaya, seperti Abu Bakar, Umar, dan Utsman bin Affan. Ia juga menekankan pentingnya memiliki mental pemberi zakat, bukan mental penerima.
Dengan gaya santai namun tajam, ia mengingatkan bahwa keberkahan adalah inti dari setiap usaha. Mindset kaya, kata dia, tidak selalu berarti menumpuk harta, melainkan bagaimana rezeki yang diperoleh membawa kebaikan. “Kalau ingin bisnis langgeng, jangan abaikan fiqih. Modal yang halal, cara yang benar, itu yang membuat ide menjadi berkah,” tegasnya.
Jika Hendra menekankan fondasi, Coach Ihsan datang dengan kobaran energi. Ia membuka materinya dengan kalimat yang langsung menggetarkan ruangan: “Ketakutan itu pasti akan ada. Tidak pernah ada di dunia ini orang yang tidak dihina. Jadi mending sukses meski ada yang ngomongin, daripada tidak punya apa-apa,” tepuk tangan kembali membahana.
Menurut Ihsan, orang bergerak hanya karena dua hal: kesulitan atau impian. Ia lalu menuturkan gambaran sederhana: ada yang bergerak karena tidak mau miskin, ada yang berlari karena membayangkan bisa menggandeng ibunya naik haji. “Pertanyaannya sekarang, kamu lebih tergerak karena ketakutan atau impian?,” lontarnya.
Ia menegaskan, jangan tunggu sempurna untuk mulai. “Banyak orang sukses hari ini awalnya hanya pakai HP burik. Saya pun memulai bukan dengan jas mahal, tapi bertahap. Lakukan apa yang bisa kamu lakukan. Biarkan Allah yang menyelesaikan sisanya,” ucapannya disambut riuh, bahkan guru-guru yang hadir ikut mengangguk.
Sesi tanya jawab makin memperlihatkan antusiasme. Nabila Cinta Triana, siswi Akuntansi, dengan percaya diri mengangkat tangan. Ia mengaku sudah merintis usaha kuliner kecil-kecilan dan menargetkan punya restoran dengan omzet Rp10 juta per bulan. “Jangan bilang kecil-kecilan,” potong Ihsan cepat, “katakan saja bisnis yang sedang kamu besarkan.” Kalimat itu kontan memancing sorak dari teman-temannya.
Talkshow entrepreneurship hasil kolaborasi Divisi Humas dan Dakwah Yayasan Husnul Khotimah Kuningan dengan SMK Japara kali ini bukan sekadar seminar. Ia menjelma menjadi ruang hidup—tempat para siswa belajar bahwa berbisnis tidak hanya membutuhkan ide brilian, tetapi juga keberanian, ketekunan, dan keyakinan. Di luar aula, suasana tetap riuh. Anak-anak masih sibuk membicarakan rencana, gagasan, dan mimpi mereka, seolah sebuah api baru telah menyala di benak masing-masing. (didin)